Senin, 05 Desember 2011

Pelatihan puisi Komunitas Home Poetry

Beberapa kali Komunitas Home poetry melakukan diklat puisi, baca, tulis, musikal maupun visual atau seni pertunjukan puisi. Diantara pesertanya adalah Ayu dari SMA Negeri 1 medan, Tami dari SMA Annizam, dll. Berikut beberapa karya mereka.

KUMPULAN PUISI
Ayu Yusriani Nasution

Telepon Umum

Berdiam diri
Berdiam sendiri di sudut ini
Memeluk manja dinding mati
Berteman debu merebah di setiap sisi

Dahulu..saat teknologi tak seperti sekarang ini
Aku sangat diminati
Kita bercengkrama mesra
Komunikasi terarah syarat suka
Bahkan waktu pun cemburu akan kita

Namun, sekarang
Aku menempel bisu bertemankan debu
Menatap sendu bersama angin lalu
Terus membisu tanpa pedulimu
Tak terawat bak fasilitas umum yang semu
Hanya menempel menahan jemu..

(Di Sisi Sebuah Bangunan, 28 Okt 2011)

Nalar Si Saklar

Tidakkah pernah nalar menjamah
Walau sejumput sedikit kisah
Aku saklar menatap nanar
Akan semua yang disekitar

Disini..hanya disini
Berpeluk erat di dinding sisi
Tiada puja dan puji
Tiada banyak fungsi lagi

Sesekali sentuhan cadas itu mendarat
Tepat di bagian jidat
Jika dan hanya jika untuk sambungkan energi
Saat dimana benderang lampu dihargai
Dan aku tidak dipandang sama sekali

Disinilah, beginilah diriku.
Sesekali ingin ini itu
Tak hanya diam atau kaku..

(Ruang Tengah, 5 Nov 2011)

Ceritera Asbes


Hai, kalian yang disana
Tatap aku yang menganga
Meronta-ronta diiringi tarian angin menerpa
Dan kalian hanya diam begitu saja
Menatap dari kejauhan sana

Lihat aku! Lihat! Lihatlah!
Melambai getir sampaikan duka
Ingin segera lepas dari singgasana

(Medan, 28 Okt 2011)


Ranting Mati yang Hilang Nyali


Sepanjang hari..
Hari demi hari..
Tiada titik henti

Sebatang kara
Kering rasanya
Sudah pun renta

Tersangkut disela pondasi
Mengharap angin terus menari-nari
Terus menari
Jangan berhenti
Bantu diri lepaskan jerat ini

Tak tahanku rasanya kini
Melunglai hilang nyali di atas sini
Di teras bangunan tua ini

(Sekitar Taman, 29 Okt 2011)

Jerawat


Tanpa permisi ku hampiri
Setiap pipi bak kue bakeri
Nyaman sekali
Pipi mulus menjadi permadani

Posisi pas pamer sana sini
Lucu sekali
Menyaksikan si dia sibuk setengah mati
Menutupi bahkan memoles diri ini
Dan siksa pun harus akun cicipi
Racuni aku perlahan pasti

Betapa..oh..betapa nasib ini
Sang empunya pipi amat benci
Akan gemarku si jerawat ini
Inginnya tuk pajang spanduk anti
“Jerawat dilarang singgah disini”

(Ruang Kelas, 9 Nov 2011)

Tulisan Usang


Sajak-sajak menahan amarah
Saat menanti predikat sampah
Melepas mahkota sejarah
Merobek asa menjadi gundah
Menatap di ujung kisah
Tiada pembaca yang melimpah ruah
Hanya berdiam pasrah
Menyandang predikat sampah!

(Medan, 11 Nov 2011)

Taman Senyuman


Parasmu, taman senyuman
Tempat senyuman itu bersemi
Landasan garis lengkung bersahaja
Bertahta indah bagai mahkota

Parasmu, ladang imaji penuh fiksi
Mengundang kreasi untuk berpuisi
Mengetuk manja daya mencipta
Seolah motivator ternama

Parasmu, begitu sederhana
Namun bermakna luar biasa
(Medan, Nov 2011)

Tarian Pena Untuk Dunia



Nadi berpacu bersama waktu
Kian berpacu melaju maju
Melepas daya cipta bertahta
Mengukir karya bersama asa
Seiring jemari menari dengan pena
Menghunjuk diri pada dunia
Dengan harap nyala kedepannya
Tak hanya usang begitu saja
Tapi dikenang sepanjang masa
(Medan, 11 Nov 2011)

Podium


Sebuah medium
Bahagia tiada pensiun
Penuh guratan senyum
Sebuah medium bernama podium
Stadium yang membawa harum

(Lapangan, 14 Nov 2011)

Disini Bermimpi


Disini…
Lisan ku rangkai
Tulisan mengurai teori-teori
Dengan pena dan jemari menari-nari
Disini…
Impian mulai ku patri
Bersemangat setiap hari
Amati pahami dan tulis ilmu pasti
Bekali diri menuju sejati
Tak hanya sebatas imajinasi
Disini…
Mengabdi untuk diri pada negeri
Berpacu penuh obsesi
Berteman imajinasi berani
Disini…
Satu tujuan ku mulai pasti
Prestasi tiada henti!

(Taman Budaya,12 Nov 2011)

Dalam Sebuah Aula


Gema resonansi suara para siswa
Dari ribuan banyaknya mereka

Satu, dua, tiga dan seterusnya
Mengambil tempat dalam aula

Dan…
Jantung berdetak dengan kencangnya
Terhenyak akan suasana

Mengapa?
Meski cuaca panas menyapa
Peluh bagai telah berolahraga
Tak redupkan asa yang terasa
Sungguh luar biasa!

(Aula Kartini, 13 Nov 2011)

Sesampai di Ruang Makan


Konsentrasi buyar seperti di guyur hujan
Rasa lapar menjalar semakin liar
Bak beradu dalam balapan
Mengejar lapar jauh depan
Sendok dan garpu tak mau kalah
Tancap hidangan sana sini
Meliuk-liuk menikung lapar
Lahap lauk…
Lahap pauk…
Lahap semangkuk…
Tertinggal lapar yang telah kikuk
Menjemput kenyang di akhir mangkuk
(Sepulang Try Out, 13 Nov 2011)

Teduh di Baitullah


Teduh!
Satu kata di Baitullah

Tepat di bawah kubah mewah
Bangunan yang berdiri megah
Dituju langkah kaki para jama’ah
Nan terpaut ikatan akidah

Lihatlah! Masukilah!
Sajadah dibentang luas teratur
Akur dengan nuansa syukur

Resapilah!
Tiap sujud kan jernihkan ruh
Membasuh keluh dan peluh
Teduh!
Suatu rasa di Baitullah

(Mesjid Agung, 15 Nov 2011)

Kala Hujan dari Teras


Kala hujan deras
Ku nikmati di sudut teras
Semakin deras
Rintik-rintik terasa semakin khas
Terasa mengecup ku di paras

Seolah tak puas
Ku tarik kursi lebih menepi
Jauh lebih menikmati
Lepas penat duduk santai

Biarkan gerah terbilas lekas
Rasakan bebas…

(Teras, 17 Nov 2011)

Penghuni Taman


Kemarilah!
Amati penghuni taman ini
Seolah miliki jemari
Mereka berdansa bersama angin
Saling berkusik seolah tengah bercanda
Sungguh menarik mata
Menikmati peraduan di bawah terik matahari
Sebelum senja merengkuh nanti

(Halaman rumah, 19 Nov 2011)

Dipelukan Bunda


Bunda…
Begitu nyaman ku rasa
Hangat pelukan bunda
Membuai aku penuh manja
Bunda…
Di pelukan bunda
Bibir ini lepas tertawa
Sepasang mata terpana pada bunda
Garis ceria itu begitu nyata
Nyata sampaikan bahagia

(Medan, 3 Nov 2011)


Sungai Berazam


Suram timbulkan muram
Rupa pun kian seram
Aliran mengarah kelam

Seolah semua mata terpejam
Abaikan ku begitu kejam
Harapkan manusia paham
Cegahku ke arah kelam

Namun…
Tetap aku sang sungai berazam
Meski hingga akhir manusia tiada paham
Ku tetap abdikan diri pada semesta alam

(Pinggiran sungai, 3 Nov 2011)

Cahaya Sang Surya


Cahaya sang surya
Bertahta penuh wibawa
Berperangai raja di tata surya
Jabatan jaya
Sumber energi utama
Memberi terang pada semesta
Abdikan pelita pada dunia

(Medan, 19 Nov 2011)

Toilet Umum

Rp 500,00 terpampang lantang
Di bagian depannya
Peduliku seolah menerawang
Keadaan rumpang begitu senjang
Derap langkah tergesa panjang
Masuki toilet umum
Benar nyatanya
Tak tahan tuk dipandang
Ingin segera membuang lalu bergegas pulang
Begitulah, kuman dan kotoran berebahan disana

(Toilet umum, 19 Nov 2011)

Raja Siang dan Putri Malam

Fajar menjelang
Raja siang bertandang
Kian waktu kian menantang
Hingga senja pulang
Berganti putri malam berkunjung datang
Ribuan tahun berselang
Tiada ubahnya hingga sekarang

(Teras malam, 20 Nov 2011)

Tengah Malam


Tengah malam
Kala mata terpejam
Lelap datang menyelimuti
Bertamukan mimpi menghampiri
Nikmati fiksi dunia mimpi

(Kamar tidur, 24 Nov 2011)

Anak Jalanan

Sebakal kitab usang
Syarat kaku diambang usang
Sebab akibatnya hanya kita
Namun dia jadi tersangka
Lisan mencerca penuh prasangka
Lihatlah tanggungannya
Mengemis meminta-minta
Tiada berbisa jinak merata
Tiada upaya ubah nasibnya
Seperti kayu di belantara
Ayo,kita bangkit
Ayo,kita rakit
Bakal bibit yang akan terbit

(Taman Budaya, 25 Nov 2011)

Pelajar

Pelajar..
Kini hanya sebatas gelar
Tinggi nilai dapat disamar
Pelajar..
Bukan hanya ia yang harus belajar
Bukan pula ia yang tengah diajar
Pelajar..
Ia tuntas dengan kata bayar!

(Kamar belajar, 26 Nov 2011)

Tirai Hujan


Gemuruh datang disusul gerimis
Angin kian kencang pakaian serasa menipis
Hujan pun hadir bersama petir
Semakin lebat dan lebat
Dingin..
Terasa rintik air di tangan
Tak puas ku lalu memandang
Ternyata tirai!
Lihat hujan membentuk tirai
Dari tepi genting bangunan

(Teras Samping Bangunan, 26 Nov 2011)


body Ungkapan Cermin
Karya : Tri Utami Raudani

Kejujuran, hanya itu yang kukatakan
Jangan marah, aku memang begitu
Itu semua demi kebaikanmu
Agar kau paham akan kekurangan

Sungguh, aku ini teman yang jujur
Selalu jujur tentang rupamu
Wujud yang terkadang kau ubah
Dengan perantaraank

Yah, aku ini terlalu sabar
Kau selalu menuduh, menyalahkan
Seakan tidak peduli pada kenyataan
Kenyataan yang berasal dari kejujuranku

Medan, November 2011

Pengabdian Tong Sampah Tua
Karya : Tri Utami Raudani

Telah lama mengabdi pada dunia
Menampung segala bentuk jenis
Lihat aku si tong sampah tua
Begitu amanah meskipun hina

Sedikitpun tak pernah mengeluh
Menahan nafas bau sampah
Melekat di sekiujur tubuh ini
Di hinggapi ribuan lalat nakal

Akulah tong sampah tua
Tolong hargai aku

Medan, November 2011
Rayuan Pohon
Karya : Tri Utami Raudani

Ayo, mendekatlah kepadaku
Akulah tempat yang sejuk itu
Kemari, melangkah ke arahku
Aku yakin, dirimu tak menyesal

Jujur, aku kesepian
Temani aku sejenak saja
Agar hilang kesendirianku
Yang aku alami setiap hari

Medan, November 2011

Pinta Selimut Kusam
Karya : Tri Utami Raudani

Rawat aku dengan baik ya
Jangan biarkan aku terlantar
Terbuang sia-sia begitu saja
Tidak dipakai, bagai bangkai

Izinkan aku terlelap tidur bersamamu
Mengarungi mimpi indah denganku
Mampu hangatkan suasana
Pelindungmu dari dinginnya sang kegelapan

Medan, November 2011
Bantal yang Kesepian
Karya : Tri Utami Raudani

Segera peluk aku
Lau, mendekap menujuku
Cukup satu pintaku
Kau tetap bersamaku

Kembalilah kepadaku
Jangan biarkan aku sendiri
Menahan sepi tanpa dekapmu
Aku berharap
Aku yakin kau tak akan tega

Medan, November 2011

Untaian Kata Surat Cinta
Karya : Tri Utami Raudani

Aku ini bukti nyata perasaanmu
Kau beri sajak indah di tubuhku
Sekumpulan kata penuh rayuan
Aku sendiri saja geli

Aku ini secarik kertas indah
Begitu istimewa yang kau ukir
Lalu, kau persembahkan untuknya
Agar dia paham gejolak di dadamu

Medan, November 2011


Kebencian Si Tembok pada Lumut
Karya : Tri Utami Raudani

Kau mulai merajai sekujur tubuh
Penguasa seutuhnya sang kendali
Penjajah kejam, bengis dan sadis
Kotori kebersihan
Merusak, mengotori keelokan diri

Sekarang, aku ingin kau pergi
Terbebas dari belenggumu
Kembali indah seperti awal
Tidak ada kau lagi

Medan, November 2011

Cermin dan Tokoh
Karya : Tri Utami Raudani

Segala terlihat selalu kutiru
Akan ku coba walau sulit
Tanpa kusadari aku jadi sepertimu
Berganti sepertinya

Dikata senang
Aku tokoh beribu penampilan
Bisa menawan, bisa rupawan
Atau bahkan sebaliknya

Medan, November 2011



Keanggunan Jilbab
Karya ; Tri Utami Raudani

Mahkota terindah wanita
Penutup aurat nan elok
Pelindung kesucian diri
Bawa nuansa penuh islami

Bukti keimanan hamba
Berlanjut keikhlasan
Jiwa-jiwa bersih
Pembawa ketenangan

Medan, November 2011

Sepasang Merpati Bijak
Krya : Tri Utami Raudani

Banyak cerita kita hari ini
Tentang keseharianmu
Sampai aku tak mengingatnya lagi
Ribuan kisah telah kita lewati
Bisa bahagia bahkan sebaliknya

Nikmat berbincang denganmu
Ingatkah kawan
Selepas mengarungi sungai nil itu
Kau tampak lelah

Aha..
Saat bersamaan sepertimu
Letih menghampiri diri
Hilang seketika saat bersamamu

Medan, November 2011

Rokok Si Pembunuh Lihai
Karya : Tri Utami Raudani

Membunuh lewat kebodohan
Berteman sesosok aku
Teman pembawa derita
Penghancur masa depan

Dalam diam kau beraksi
Tanpa sadar atau tidak
Misi kemudian terlaksana
Si teman tewas mengenaskan

Medan, November 2011

Isi Hati Diary
Karya : Tri Utami Raudani

Tertuang semua kisah
Cerita saja semua denganku
Mulai hal kecil sampai besar
Aku tetap menanggapi
Melayanimu dengan baik

Ada banyak cerita
Tersimpan rapi padaku
Berbungkus kepercayaan
Tertancap di memoriku

Medan, November 2011

Bendera di Hati
Karya : Tri Utami Raudani

Pemerdeka bangsa terjerat
Musnahkan kau di pertiwi ini
Terbebas dari belenggu
Penghalang kebebasan

Hai pemuda-pemuda bangsa
Beri penghormatan
Setidaknya mengenangku
Menancapkan aku dalam hati

Medan, November 2011

Pelangi
Karya : Tri Utami Raudani

Aku amat indah
Hadir sesudah sang penyubur
Anggun dan elok dilihat
Warna warni cemerlang

Sengaja diciptakan
Agar memberimu kebahagiaan
Di sela-sela kesedihan
Hari-hari penat

Medan, November 2011

Kamar Mandi
Karya : Tri Utami Raudani

Hening
Tidak ada suara sumbang
Tapi, hanya ada satu suara indah
Itu berasal dari raja air

Sunyi
Sungguh sangat khusyuk
Terasa nikmat sekali
Dirasa dengan baik

Medan, November 2011

Dapur
Karya : Tri Utami Raudani

Harus hidangan yang sedap
Beri racikan mantap
Agar makan dengan lahap
Sajian yang hebat nikmat

Cukup hanya kaum hawa saja
Selain itu tak perlu ikut
Karena ini takdirku
Melayani baik dengan masakan

Medan, November 2011

Desakan Sang Angkot
Karya : Tri Utami Raudani

Sesak sekali
Juga mual sepertinya
Sangat bau
Tidak sanggup menahannya

Cukup ramai
Sakit berdesakan
Kecilkan tubuh
Agar semua kebagian

Medan, November 2011

Kamarku
Karya : Tri Utami Raudani
Tidak sembarangan
Ini wilayah pribadi
Hanya beberapa saja
Boleh masuk dengan izinku

Selalu rapi dan bersih
Dipenuhi pernak-pernik
Cermin terpampang
Jam dinding yang berdenting

Medan, November 2011

Kerumunan di Panggung
Karya : Tri Utami Raudani

Dinanti jutaan jiwa
Ingin menyaksikan langsung
Penampilan sangat dahsyat
Dari makhluk cukup hebat

Sorak lanjut teriakkan
Sudah pecah keheningan
Berganti jadi keributan
Di malam yang tenang

Medan, November 2011

Pesimis Curi Sang Ahli
Karya : Tri Utami Raudani

Curi ilmu dari sang ahli
Menangkap setiap sinyal positif
Lalu, berandai-andai sepertinya
Itu jadi penyemangat diri

Si pesimis pun jadi optimis
Menata impian dengan cemerlang
Melangkah sedikit jauh
Tahapan menuju kesuksesan

Medan, November 2011

Becak Pilihan
Karya : Tri Utami Raudani


Sudah banyak melintas
Namun tak satupun berkenan di hati
Tidak sedikit yang berhenti
Tetap saja menolak

Cukup hanya seorang
Pendamping jelas arah tujuan
Agar tidak tersesat di jalan
Melewati perjalanan panjang

Medan, November 2011


Penguasa yang Angkuh
Karya : Tri Utami Raudani

Lepaskan saja mahkota itu
Sudah selayaknya berganti
Jika kau tak ingin malu
Pada kesombongan diri

Lebih pedulilah terhadap kami
Anak-anak yang terlantar
Si penerus bangsa terhambat
Butuh pendidikan layak

Medan, November 2011

Kemunafikan Polisi
Karya : Tri Utami Raudani

Cukup adilkah
Beri sanksi keras pada kami
Masalah kecil diperbesar
Tapi, masalah besar diperkecil

Pernahkah koreksi diri
Kesalahan fatal tak termaafkan
Kami tak mengetahui
Dan kau tutupi itu

Kelas yang sunyi, November 2011

Hartawan yang Kikir
Karya : Tri Utami Raudani

Kami hanya makhluk biasa
Mungkin tak sehebat kau
Memiliki segudang emas
Ribua hektar lahan

Tak pernahkah
Terniang di benakmu
Menolong kami
Makhluk-makhluk yang lemah

Kelas yang sunyi, November 2011

Kebusukan Sang Hukum
Karya : Tri Utami Raudani

Sebuah pembelaan yang sia-sia
Sampai mulut ini berbuih pun
Tidak digubris sama sekali
Dasar tak ada hati

Berpakaian rapi
Tapi hati busuk
Cari sesuap nasi
Dari jalan sesat

Di angkot, November 2011

Koruptor yang kotor
Karya : Tri Utami Raudani

Perut itu pasti buncit
Terisi ribuan dosa
Darah itu pasti terhambat
Tersumbat perilaku tak terpuji

Cepat kembalikan uang kami
Atau pakai pada tempatnya
Bukan kau konsumsi sendiri
Untuk kau berpoya-poya

Di Angkot, November 2011

Si Perokok Sialan
Karya : Tri Utami Raudani

Darimu kami jadi penyakitan
Awalnya hanya menghirup
Namun, tak tau akhirnya nanti
Mungkin kami bisa mati

Taati peraturan
Kau anggap itu semua
Sudah di larang tetap di kerjakan
Kau manusia atau hewan

Kelas yang suci, November 2011

Parkir Liar Membabi Buta
Karya : Tri Utami Raudani

Percuma saja peraturan terpampang
Larangan keras ditegakkan
Tapi, tak seorangpun menjalankan
Hanya jadi alasan

Tak takut akan sanksi
Segala cara dihalalkan
Tak tersangka pun jadi korban
Kelakuan tak menaati peraturan