Minggu, 21 Februari 2016

PUISI M. RAUDAH JAMBAK

SAJAK SAYANG NA SIPUANG

tetabuh gonrang sipitu-pitu, pada mandiguri
tetabuh gonrang sidua-dua, pada mangililiki
kami gualkan
kami tarikan
untukmu kekasih hati
o, na sipuang, na sipuang
(onaha... i huda-hudai do namatei...)
engkau adalah ibu yang tak pernah kehilangan kasih
engkau adalah ibu yang tak pernah kehilangan sayang
melalui kibasan enggang doa-doa dilayangkan
melalui hembusan angin harapan diterbangkan
adakah lebih indah dari cinta seorang ibu
sejak kandungan harapan ditasbihkan
setelah lahir kasih mengalir seperti air
ketika dewasa menggudang segala cita
o, na sipuang, na sipuang
(sonaha...i toping-toping do namatei...)
ditalun-talun kisahmu tersiar
ditalun-talun kisahmu terkabar
di tanah ini kami mengobar mandillo tonduy
di tanah ini kami senandungkan urdo-urdo i
adakah yang lebih sedih dari tetes tangis ibu
tak sempat tasbihkan harapan
tak sempat mengalirkan kasih
tak sempat membaca cita-cita
o, na sipuang, na sipuang
kami tabuh gonrang
demi menjeput
segala riang
tetabuh gonrang sipitu-pitu, Pada mandiguri
tetabuh gonrang sidua-dua, Pada mangililiki
kami gualkan
kami tarikan
untukmu kekasih hati
2013

Negeri Kepompong

kali ini dia tidak melahirkan kupu-kupu,
tetapi ular bersayap kupu-kupu.
kali ini dia tidak menghisap madu,
tetapi darah semanis madu-madu
kali ini dia tidak menghadirkan warna-warna,
tetapi memuntahkan hitam sepenuh kelam
2013


LELAKI TUA DI SIMPANG RAYA

seorang lelaki tua terduduk sendiri di simpang sepi
tubuhnya mematung membeku detik-detik pagi
menyimpan dingin embun-embun tiang besi
lampu merah, kuning, hijau
terus berganti
orang-orang masih bergelut mimpi
di kamar-kamar yang menyelipkan lemari besi
pada sudut-sudut tersembunyi diawasi cctv
memerdekakan diri, memanjakan hati
lelaki tua itu pernah membingkai cita-cita
membangun tangga sejahtera untuk keluarga
berbahagia di dunia, sejati di surga
mencatat euphoria masa ke masa
receh itukah suara riangnya
menahan loncatan kosa kata-kata
berhamburan dari jendela mobil
tak jua terbuka
deru knalpot memekakkan
rasa merdeka entah di mana
seorang lelaki tua terduduk sendiri di simpang hati
do’anya seakan habis kehilangan cahaya matahari
mengarahkan sepanjang perjalanan menuju Tuhan
di sinilah ia bertahan
menghirup debu jalanan
hujan  kehilangan pesan
2013

Langit Menangis

langit menangis, sigumbang meradang
rumah-rumah dan jiwa-jiwa berpeluk lumpur
langit menangis, sikodon-kodon, paropo, silalahi
hampir kehilangan segala tondi, kehilangan nyali
sejak kelam malam, hingga sunyi pagi
langit menangis, bukan menangisi para pengungsi
yang mengais ke dataran yang lebih tinggi
menyusuri  rumah-rumah setelah air surut
menuju silalahi
menuju sikodon-kodon.
langit menangis, sederas tangis si bawang merah
segelisah mas dan nila
(ketika itu aku entah berumah dimana)
2013

Sajak-sajak M. Raudah Jambak

Sajak-sajak M. Raudah Jambak

Balada Si Boru Deak Parujar

pohon tumburjati, pohon kehidupan, pohon rindang
bagi penghuni banua ginjang tidaklah sesunyi porlak
sisoding, taman tersembunyi yang menyimpan rahasia abadi.

pohon tumburjati, pohon kehidupan, pohon membelai
seramai ranting dan daunnya. mendapat amanat sepanjang
hayat, laklak segala kitab mengungkap segala wasiat

pohon tumburjati, pohon kehidupan, pohon berdaun
menyemai gugur, daun-daunnya yang menangkup
ke lapis langit pertama memanjatkan do�a mengharap
cinta  di setiap lembarnya, melepas gairah bersama
ranting-ranting patah.

di puncak hariara sundung di langit, beringin membuka
hobarna, bermula kisah manuk hulambujati, induk
tiga telur besar yang mengandung batara guru
mengandung debata sori dan mangalabulan.

di puncak hariara sundung di langit, beringin membuka
torsa, berlanjut kisah manuk hulambujati mengeramkan
tiga telur lagi; mengandung siboru parmeme, siboru parorot,
dan siboru panuturi.

siboru deak parujar, putri bungsu batara guru dan siboru
parmeme, berkali-kali pergi ke bawah rindang tumburjati,
mendengar cerita manuk hulambujati yang bertengger
di puncak tertinggi. ia seperti cahaya bintang-bintang
yang berkejaran. moncongnya berpalang besi, kukunya
bergelang kuningan, dan sosoknya sebesar kupu-kupu raksasa
nan berkilau bersahabat dengan leang-leang mandi,
leang-leang nagurasta, dan untung-untung nabolon,
sebagai pelayan dan penyampai pesan

�Wahai, Manuk Hulambujati, untung-untung Nabolon.
Mengapa engkau tak mau turun untuk bersamaku di sini? �

siboru deak parujar tak lagi memaksa diri. setiap kali
kembali ke bawah rindang tumburjati, diam-diam
mengajak siboru sorbajati. tak lupa merapikan letak hulhulan,
penggulungan besar untuk benang tenunan.

�Kita semua di lapis kedua kahyangan ini keturunan dewa.
Siapapun yang menjadi pasanganku nanti, lebih baik
daripada tidak ada. Seandainya ayah kita berkenan juga
menjodohkan aku dengan Siraja Odap-odap, aku akan turut juga,�
ujar siboru sorbajati, si kakak tercinta memancing cerita.

keturunan laki-laki batara guru mendapat pasangan dari putri
debata sori. anak laki-laki debata sori dari putri mangalabulan.
anak mangalabulan mendapatkan pasangan dari putri batara guru,
memilih antara siboru deak parujar dan siboru sorbajati.

�Ah, berpapasan saja aku tidak akan mau dengan anak
Mangalabulan itu! Lebih baik melompat dari puncak rumah
dan ingin menjadi batang enau daripada melihat wajah Siraja Odap-odap.�

mereka pun meneruskan gulungan benang tenun sampai
memulai tenunan baru. berhari-hari, berbulan-bulan.
batara guru dari bagian biliknya nampak tidak sabar lagi
untuk mendesak salah satu putrinya dipersunting siraja odap-odap.

�Kemarilah kalian berdua,� panggil Batara Guru.

siboru sorbajati akhirnya melangkah sendiri memenuhi
panggilan ayah, mendengar suara-suara yang menanti
di halaman rumah. benar-benar melakukan niatnya dengan
melompat dari puncak rumah sambil menyumpahi diri
agar menjadi batang enau saja.

�Siboru Sorbajati lebih suka mengutuk dirinya daripada patuh kepada ajar. Satu lagi putri kakanda yang sangat turut pada ajar, pastilah itu Siboru Deak Parujar.�

�Tidak, ayahanda. Lagi pula tenunanku belum selesai.�

sampai menjelang pagi dia mengeluarkan bunyi
alat tenunnya itu sambil menikmati. dan terpikir
melemparkan hasoli, masih tergulung benang
yang dipindah dari hulhulan.

semalaman batara guru tetap berjaga agar putrinya
tidak melarikan diri. bunyi alat tenun siboru deak parujar
didengarnya mulai berhenti. �putriku, deak parujar!�

siboru deak parujar menyahut panggilan batara guru sekali,
selebihnya dia sudah bergayut pada benang yang menjulur
entah sampai ke mana. semakin turun, nampaknya dunia
bawah tidak jelas dan sangat gelap. angin kencang dan
lebih dahsyat kacaunya dari sebelum penciptaan kahyangan.

�Leang-leang Mandi, Untung-untung Nabolon�!
Kumohonkan agar engkau meminta sekepul tanah
untuk tempatku berpijak di bawah! Aku tak mau
kembali ke Banua Ginjang.�

sekepul tanah yang dikirimkan, ditekuk
siboru deak parujar, langsung menghampar
tempat berpijak menjadi awal banua tonga.
naga padoha menggoyang guncangan. dari bawah
tanah menyulam amarah. sebab frustrasi
dengan nai rudang ulubegu.

�Ompung Mulajadi Nabolon, mohon kirimkan
kembali sekepul tanah lewat pesuruhmu
Leang-leang Mandi, si burung layang-layang!�

permohonannya sampai untuk ditekuk kembali,
lengkap dengan sebilah pedang dan tutup kepala.
menghindari terik delapan matahari mengeringkan
banjir air di banua tonga. menghunus pedang
menaklukkan naga padoha yang berang.
naga padoha masih menyimpan dendam
mengguncang dari banua toru, tempat segala
kegelapan, kejahatan, dan kematian.

�Suhul! Suhul!�

mulajadi nabolon mengirimkan bibit-bibit tumbuhan
dan hewan, memasukkan ke dalam sebuah lodong poting,
potongan batang bambu, berisi benih bercampur jasad
siraja odap-odap, menghampiri siboru deak parujar
di sebuah pancuran yang dihalangi rimbun tetumbuhan.

�Boru Deak-Parujar, tenunlah sehelai ulos ragidup,
kemudian lilitkan ulos itu pada lodong itu lalu bukalah tutupnya.�

pertemuan siboru deak parujar dengan siraja odap-odap,
sebagai  tuan mulana di banua tonga tak bisa lagi ditolak.
mulajadi nabolon memberkati mereka hingga melahirkan,
raja ihat manusia dan pasangannya bernama itam manusia,
manusia pertama.
siboru deak parujar dan siraja odap-odap kembali ke banua ginjang,
melalui seutas benang.

�Kalau kalian rindu kepadaku, terawanglah purnama bulan.
Di situlah aku kelihatan kembali bertenun dan menyulam.�

2013



Hobar Namora

Alunan sordam berlayar bersama kesiur angin
Menelusuri persawahan di antara padi-padi
Sepanjang hamparan sigalangan membakar dingin
Dan burung-burung yang sibuk memetiki hasapi

�oi, sahala na mar tondi
dan para penguasa huta ni humang
aku kawini si jelita dari lubu
yang menitiskan si langkitang
yang menitiskan si baitang�

beribu pustaha memerciki ceracau kemarau
meratapi pepohonan yang hibuk menghitung usia huta-huta
daun-daun berguguran di atas hamparan surat tulak-tulak
dan ruas-ruas bambu yang melantunkan andung-andung

�oi, tondi na marsahala
aku penuhi janjian di sopo sio rancang magodang
aku nikahi nan tuan layan bulan
yang melahirkan sutan borayun
yang melahirkan sutan bugis�

tetabuh gondang mengaduh bersama hentakan ogung
menggebuki langit yang menahan beribu jerit
�oi begu na mar sahala dohot mar tondi
akulah namora pande bosi
yang kehilangan makam sendiri �

2013



Pada Langit, Pada Bumi, dan Pada Segala

Pada langit. Pada bumi
Pada pucuk-pucuk daun hariara
Tenunan selesai digelar
sepanjang selendang Deak Parujar
merengkuh banua ginjang
menancap banua tonga
mengakar banua toru

Pada langit. Pada bumi
Pada sayap-sayap hulambujati
Kisah telah menjadi hobar
Tentang Odap-odap memburu Deak Parujar
menyesap dalam darah
menembus rongga-rongga
menyembul dari mulut dan mata

Bakkara, O, Bakkara
di timur aku tertancap
di segala penjuru aku disergap
mulut dibekap, suara disadap

Pada langit. Pada bumi
Pada titah Ompu Mulajadi
Deak Parujar menitipkan benihnya
Tuan Mulana mencapai orgasmaya
Naga Padoha menggaruk punggungnya

2013


M. Raudah Jambak
lahir di Medan, 5 Januari 1972.  Beberapa karyanya masuk dalam beberapa antologi, seperti  Tanah Pilih, Jalan Menikung ke Bukit Timah, Pulau Marwah, Akulah Musi. Selain berasatra, ia juga aktif berteater, dengan mengikuti berbagai ivent di berbagai daerah di Indonesia. Saat ini, selain bertugas di beberapa sekolah sebagai staf pengajar, seperti Panca Budi, Budi Utomo dan UNIMED, ia juga sebagai koordinator Omong-Omong Sastra Sumatera Utara dan Direktur di Komunitas Home Poetry.