Minggu, 12 April 2015

APA KABAR KOMUNITAS SASTRA SUMATERA?

PENGARANG-PENGARANG ASAL SUMATERA UTARA (1).....

1.A.A. BUNGGA
A.A. Bungga dikenal sebagai penulis drama dan wartawan. Ia lahir di Medan, tanggal 17 Juni 1938. Pendidikan yang pernah ditempuhnya adalah SD Tebing Tinggi (1953), Sekolah Agama Al Jamiatul Wasliyah, SMEP Medan (1956). Selanjutnya ia belajar sendiri (otodikdak). Dalam dunia kewartawanan, ia pernah menjadi redaktur majalah Suluh Keadilan, Medan dan redaktur harian Mimbar Umum di Medan. Sejak tahun 1964, ia aktif dalam Lesbumi Medan. Pada tahun 1966, ia ikut mendirikan Teater Muslim Medan. Karya dramanya yang telah terbit adalah Sepanjang Sungai Jordan (1966) dan Tawanan Sinai. Karyanya yang berjudul Mawar merupakan kumpulan sajak yang terbit tahun 1983.

2.A.A. LOEBIS
A.A. Loebis dikenal sebagai penulis sajak dan naskah drama. Ia juga aktif dalam kegiatan kebudayaan, drama/teater. Penulis ini dilahirkan di Balige, Sumatera Utara,tanggal 8 Agustus 1930. Pendidikan yang pernah dijalaninya adalah HIS. Ia aktif organisasi kebudayaan I.P.Budaya Tifa (1956), menjadi pembimbing Sanggar Deru Tanjung Pura (1968), dan ikut mendirikan BKPB Kabupaten Langkat (1969). Ia juga pernah bekerja pada Bidang Kesenian Kanwil Departemen P & K, Provinsi Sumatera Utara. Karyanya dalam bentuk drama antara lain: Tangan-Tangan Berdarah di Bulan Oktober (1972). Ia juga menulis kumpulan sajak yang diterbitkan tahun 1974 dengan judul Selamat Pagi.

3.A.N. ZAIFAH
Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 16 Maret 1940. Ia adalah redaktur harian Bukit Barisan di Medan. Pendidikan terakhirnya adalah sarjana muda sosial politik Universitas Sumatera Utara. Sajak dan cerpennya dimuat dalam harian Waspada, Analisa, Bukit Barisan (Medan), Majalah Sastra dan Horison, juga dimuat dalam antologi Kuala (Kumpulan Sajak, 1976), Temu Sastrawan Sumatera Utara (1977), dan 25 Cerpen (1978)

4.A. RAHIM QAHHAR
Penulis ini lahir di Medan, tanggal 29 Juni 1943. Ia adalah wartawan Bukit Barisan, Medan (sejak 1966). Karyanya: Terminal (kumpulan cerpen dan sajak bersama Aldian Arifin, Djohan A. Nasution, dan Zakaria M.Passe,1977), Blong (kumpulan sajak, 1979), Dinamika Seni Budaya Sumut (Kumpulan Esai, 1981), Mabukku pada Bali (Kumpulan Sajak, 1983), dan Abraham Ya Abraham (Kumpulan Cerpen, 1985). Beberapa bukunya terbit di Malaysia, yaitu: Titian Laut II(Drama, 1986), Langit Kirmizi (Novel, 1987), dan Melati Merah (Novel, 1989).

5.ABDUL JALIL SIDIN
Penulis ini dilahirkan di Binjai, Sumatera Utara, tanggal 20 Juni 1929. Ia menempuh pendidikan HIS, SMP, SMA, Sarjana Muda Hukum Universitas Sumatera Utara dan Sarjana Muda Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sumatera Utara. Abdul Jalil Sidin pernah menerima Hadiah Seni dari Kanwil Departemen P & K Sumatera Utara. Kumpulan sajaknya: Pesta Api (1981), dan Daun-Daun Mahoni (1981).

6.ABDUL SITUMEANG
Penulis ini lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 22 Juni 1936. Setelah tamat SMEA, bekerja di Departemen Kesehatan (1957-1958) dan kemudian di Departemen Perdagangan. Sajak-sajaknya dimuat di Mimbar Indonesia dan Sastra. Kumpulan sajaknya: Pembebasan (stensilan, 1966).

7.ACHMAD RIVAI NASUTION
Nama pena dari penulis ini adalah Dev Vareyra. Ia dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara, tanggal 9 Pebruari 1935. Pernah menjadi Pengawas Sekolah Menengah Teknologi Atas. Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Kande (1982), Dua Kumpulan Puisi (1982, bersama Bachtiar Adamy), Antologi Penyair Aceh (1986), Tiatian Laut III (Kuala Lumpur, 1991), Nafas Tanah Rencong (1992), Banda Aceh (1993), Sosok (1993), dan Seulawah: Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995). Kumpulan sajak dan cerpennya yang telah diterbitkan adalah Melalui Api (1992)

8.AGAM WISPI (1930-2003)
Penulis ini di lahirkan di Pangkalan Susu, Sumatera Utara, tanggal 31 Desember 1930 dan meninggal di Amesterdam di sebuah verpleghuis (rumah jompo), Belanda tanggal 1 Januari 2003.
Agam Wispi pernah menjadi wartawan harian Pendorong (1952) di Medan. Tahun 1957, Agam pindah ke Jakarta dan bekerja sebagai redaktur budaya Harian Rakyat. Pada bulan Mei 1965, Agam ke Vietnam untuk meliput perang. Ia sempat mewawancarai Ho Chi Minh. Selanjutnya ia berkelana ke Cina. Pada saat peristiwa G-30 S/PKI, ia sedang di Cina. Ia sempat lima tahun di karantina (penjara)di Tiongkok Selatan. Dari Cina, ia ke Moskwa, Jerman Timur, dan sejak tahun 1988 menetap di Amesterdam sampai akhir hayatnya. Ia tidak pernah lagi menetap di tanah airnya. Ia memang pernah pulang, tahun 1999 dan 2000 ia berkunjung ke tanah airnya lagi, setelah sekian tahun berkelana di luar negeri.
Kumpulan sajaknya yang pernah terbit adalah Matinya Seorang Petani (1955), Di Negeri Orang, Puisi Penyair Indonesia Eksil (Antologi Puisi, 2002). Beberapa penyair seperti Asahan Alham, Nurdiana, Chalik Hamid, dan Sobron Aidit memuat puisinya dalam antologi ini.

9.ALDIAN ARIPIN
Penulis ini lahir di Kota Pinang, Labuhan Batu, Sumatera Utara, tanggal 1 Agustus 1938. Pendidikan terakhirnya adalah Akademi Imigrasi Jakarta (Tamat 1965). Ia pernah menjadi pegawai Kantor Imigrasi di Medan dan Pekanbaru, Kepala Kantor Imigrasi di Bagansiapiapi, dan sejak 1981 menjadi Kepala Kantor Imigrasi di Palembang. Ia pun aktif dalam Teater Nasional di Medan, Teater Bayangan di Pekanbaru, dan Teater KNPI di Bagansiapiapi. Selain itu, ia pun pernah anggota Dewan Kesenian Medan (1972-1974).
Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Ribeli (bersama Djohan A. Nasution dan Z. Pangaduan Lubis, 1966), Oh Nostalgia (1968), Terminal (1971), Puisi ASEAN 1978 (Buku I), dan Khatulistiwa (1981).

10.AMAL HAMZAH (1922-1987)
Penulis ini di lahirkan di Binjai, Sumatera Utara, tanggal 31 Agustus 1922, meninggal di Duisdorf, Jerman Barat, 30 Juli 1987. Ia adalah adik Amir Hamzah. Pendidikannya dimulai dari HIS, MULO, MHS, dan Fakultas Hukum dan Kesusastraan. Ia pernah bekerja di Kedutaan Besar RI di Bonn, Jerman Barat (1953-1985). Karyanya yang pernah terbit adalah Pembebasan Pertama (Kumpulan Cerpen + Kumpulan Sajak + Drama, 1949), dan Buku dan Penulis (Studi/Kajian, 1950). Amal Hamzah menerjemahkan beberapa karya asing: Gitanyali (Kumpulan Sajak R. Tagore, 1946), Ankara (Karya Y.K. Karaosmanoglu, 1949) dan Bunga Seroja dari Gangga (Karya Robinradand Tagore, 1949).

11.AMIR HAMZAH (1911-1946)
Amir Hamzah dianggap sebagai Raja Penyair Pujangga Baru dan Pahlawan Nasional (S.K. Presiden RI No. 106/TK/ Tahun 1975, tertanggal 3 Nopember 1975). Dalam khazanah Sastra Indonesia ia dianggap sebagai sastrawan angkatan pujangga Baru (1920-AN). Pada tahun 1933, ia bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane menerbitkan Majalah Pujangga Baru. Karyanya yang terkenal adalah kumpulan sajak Nyanyian Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941).
Nama aslinya adalah Tengku Amir Hamzah, ia dilahirkan di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara tanggal 28 Pebruari 1911. Ia berasal dari keluarga bangsawan dan ada hubungan darah dengan Sultan Langkat. Ia terbunuh dalam huru-hara yang meletus pada 20 Maret 1946 di Sumatera Utara, dan ia bukan terbunuh oleh sajak-sajaknya.
Pendidikannya dimulai dari HIS, selanjutnya melanjutkan ke MULO di Medan dan kemudian pindah ke Jakarta bersekolah AMS-A atau sastra di Solo. Dari AMS ia melanjutkan pendidikan pada Rechts Hoge School (Sekolah Hukum Tinggi) di Jakarta sampai Sarjana Muda. Salah seorang temannya di AMS Solo adalah Achdiat Kartamihardja.
Perhatiannya pada pergerakan nasional telah terlihat sewaktu ia belia. Waktu masih belajar di AMS Solo, ia memasuki Indonesia Muda dan diangkat sebagai ketua. Pernah pula menjadi Ketua Panitia Kongres Indonesia muda di Solo pada Tahun 1930.
Pada 29 Oktober 1945, ia diangkat menjadi Wakil Pemerintah RI untuk Langkat dan berkedudukan di Binjai. Ketika itu ia adalah Pangeran Langkat Hulu di Binjai. Ketika Sekutu datang dan berusaha merebut hati para Sultan, kesadaran rakyat terhadap revolusi menggelombang. Mereka mendesak agar Sultan Langkat segera mengakui Republik Indonesia. Lalu revolusi sosial pun pecah pada tanggal 3 Maret 1946. Sasarannya adalah keluarga bangsawan yang dianggap kurang memihak kepada rakyat, termasuk Amir Hamzah. Pada dini hari 20 Maret 1946 mereka dihukum pancung. Pada bulan Nopember 1946 kuburannya dipindahkan ke samping Masjid Azizi, Tanjung Pura. Amir Hamzah memperoleh pengakuan sebagai pahlawan nasional pada tahun 1975.
Karyanya yang lain adalah Sastra Melayu dan Raja-Rajanya (1942), Esai dan Prosa (kumpulan esai dan prosa, 1982), dan Padamu Jua (kumpulan sajak, 2000). Karya terjemahannya Setanggi Timur (kumpulan sajak penyair Jepang, India, Persia dan lain-lain,1939), Baghawat Gita (1933), dan Syair Asyar.
Amir Hamzah merupakan salah seorang sastrawan yang mendapatkan perhatian besar. Studi mengenai Amir Hamzah dilakukan oleh H.B.Jassin, Amir Hamzah: Raja Pujangga Baru (1962), S. Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah Sebagai Penyair dan Uraian Sajak Nyanyian Sunyi (1981) dan Siti Utari Nababan A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar (Disertasi pada Universitas Cornell, 1966). Nh.Dini menulis kisah hidup Amir Hamzah dalam bentuk novel biografi yang berjudul Amir Hamzah, Pangeran Dari Seberang.

12.ANWAR BAYU PUTRA
Anwar bayu Putra dilahirkan di Medan, tanggal 14 Juni 1960. Ia pernah menjadi pimpinan redaksi buletin budaya Dinamika, Palembang. Kini ia ikut mengelola Yayasan Orde Indonesia, dan aktif dalam Teater Potlot Palembang, serta menjadi redaktur majalah Diksi. Sajak-sajaknya dimuat dalam kumpulan sajak bersama 10 Penyair Palembang (1989), Orbit Penyair Selatan (1992), Rendezvous Penyair Bagian Selatan (1993) dan Mimbar Penyair Abad 21 (1996). Kumpulan sajaknya: Catatan Bagi Orang-Orang Berziarah (1994)

13.ARMIJN PANE (1908-1970)
Sastrawan Indonesia Angkatan Pujangga Baru (1920-an) ini juga aktif dalam bidang pers dengan mendirikan majalah. Salah satu majalah yang didirikannya adalah Pujangga Baru. Dalam bidang kesusastraan ia menulis esai sastra, puisi, cerpen, drama, novel/roman. Ia juga pernah menjadi redaktur Balai Pustaka di tahun 1926.
Ia lahir di Muara Sipongi, Sumatera Utara, 18 Agustus 1908 dan meninggal di Jakarta tanggal 16 Pebruari 1970. Ia adalah adik dari Sanusi Pane yang juga sastrawan Angkatan Pujangga Baru (1920-an). Pendidikan yang di tempuhnya adalah HIS dan ELS (Tanjung Balai, Sibolga, dan Bukittinggi), STOVIA Jakarta (1923), NIAS Surabaya (1927), dan AMS-A Solo (1931). Ia pernah menjadi wartawan di Surabaya, guru Taman Siswa di Kediri, Malang dan Jakarta, Sekretaris dan redaktur Pujangga Baru (1933-1938), redaktur Balai Pustaka (1936), Ketua Bagian Kesusastraan Pusat Kebudayaan (1942-1945), sekretaris BKMN (1950-1955), dan redaktur majalah Indonesia (1948-1955).
Novelnya Belenggu (1940), banyak mengundang perdebatan di kalangan pengamat dan penelaah sastra Indonesia. Karyanya yang lain Jiwa Berjiwa (kumpulan sajak, 1939), Kort Overzicht va de Moderne Indonesische Literatuur (1949), Mencari Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia (1950), Jalan Sejarah Dunia (1952), Kisah Antara Manusia (kumpulan cerpen, 1953), Jinak-Jinak Merpati (kumpulan drama, 1953), Sanjak-Sanjak Muda Mr. Muhammad Yamin (1954), dan Gamelan Jiwa ( kumpulan cerpen, 1960). Terjemahannya Tiongkok Zaman Baru, Sejarahnya: Abad ke-19 – Sekarang (1953), Membangun Hari Kedua (novel, Ilya Ehrenburg, 1956), dan Habis Gelap Terbitlah Terang (karya R.A.Kartini, 1968). Sadurannya Ratna (drama Hendrik Ibsen, Nora, 1943).
Karena aktivitasnya dalam bidang sastra dan seni, tahun 1969, Armijn Pane menerima hadiah tahunan dari Pemerintah Republik Indonesia.

14.B. YASS
Penulis ini dilahirkan di Huta Padang, Kisaran, Sumatera Utara, tahun 1929. Pendidikan terakhir: Nitti Go Gakko (SMP, 1944) Tanjung Balai. Pernah menjadi Sersan II TNI dengan jabatan Wakil Kepala Siasat Perang Komando Sumatera (1945-1950), wartawan harian Batanghari Sembilan (1957), pemimpin redaksi mingguan Ris (1956-1958), pemimpin redaksi harian Lampung Pos (1959), dan sekarang koresponden Kantor Berita Antara (sebelumnya KB PIA). Pemegang Satya Lencana Peristiwa Perang Kemerdekaan I & II dan Pemegang Tanda Jasa Pahlawan Gerilya ini pernah pula menjadi anggota DPRD Palembang. Karyanya: Halimah Srikandi (Novel, 1962), dan Minah, Gadis Peladang (Novel, 1964).

15.B.Y. TAND (1942-2000)
Penulis ini dilahirkan di Indrapura, Asahan, Sumatera Utara, tanggal 10 Agustus 1942, meninggal 22 Oktober 2000 di Indrapura (Sumatera Utara). Pendidikan terakhirFKSS IKIP Medan dan FKSS UISU Medan (keduanya tidak tamat). Pernah bekerja sebagai penilik kebudayaan di Kantor Departemen P & K Kecamatan Air Putih, Asahan (1976)
Kumpulan sajaknya, Sketsa, mendapat Hadiah Utama Puisi Putra II Malaysia Tahun 1983. Kumpulan sajaknya yang lain: Ketika Matahari Tertidur (1979), Sajak-Sajak Diam (1983), dan Alif Ba Ta (akan terbit). Sajak-sajaknya yang lain dimuat dalam antologi: Bunga Laut (1977), Temu Sastrawan Sumatera Utara (1977), Tangkahan (1978), Khatulistiwa (1981), Rantau (1984), dan Titian (Kuala Lumpur, 1984).

16.BARUS SIREGAR
Penulis ini dilahirkan di Sipirok, Sumatera Utara, tanggal 14 Juli 1923. Berpendidikan SMT di Jakarta dan Fakultas ekonomidi Amesterdam. Pernah menjadi redaktur majalah Gema dan redaktur Yayasan Pembangunan. Karyanya: Busa di laut Hidup (1951). Terjemahannya: Pemuda di Angkasa (karya Dots Dresselhuys, 1949), Tekanan Darah (karya Damon Runyon, 1950), Dua Puluh Bacaan 25 Dollar (karya James T. Farrel, 1950), Delapan Kisah dari Rusia (kumpulan esai pengarang Rusia, 1951), Tahun 1984 (Novel George Orwell, 1953), Gadis Pejuang Iman (Karya Eris Gosden, 1965), dan Cerita Nyanyian Hari Natal (Karya Charles Dickens)

17.BOKOR HUTASUHUT
Penulis ini dilahirkan di Balige, Sumatera Utara, tanggal 2 Juni 1934. Pendidikan yang terakhir ditempuhnya adalah SMA-A Medan (hingga kelas dua, 1956). Penanda tangan “Manifes Kebudayaan” ini pernah menjadi redaktur kebudayaan majalah Waktu dan Pelangi di Medan (1955-1962), sekretaris Yayasan Sastra (penerbit majalah sastra, 1936-1966), dan Sekretaris KPPI (1964). Cerita bersambungnya, Pantai Barat, mendapat Hadiah Kedua Majalah Sastra tahun 1963, tahun 1988, cerita ini terbit sebagai novel. Karyanya yang lain: Datang Malam (Kumpulan Cerpen, 1963), Penakluk Ujung Dunia (Novel, 1964), Tanah Kesayangan (Novel, 1965), dan “Menyilang ke Utara” (Kumpulan cerpen, manuskrip).

18. DAMIRI MAHMUD
Penulis ini lahir di Kampung Klambir, Sumatera Utara, tahun 1945. Pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Medan 91979-1982), kini mengajar di salah satu Madrasah Tsanawiyah, Medan. Kumpulan sajaknya: Tiga Muka (1980), Aku Senantiasa Mencari (1982), Sajak-Sajak Kamar (1983), dan Damai di Bumi (2000). Sajak-sajaknya yang lain dimuat dalam antologi Kuala (1975), Puisi (1977), Rantau (1984), dan Linus Suryadi AG (ed.), Tonggak 3 (1987).

19. DARIUS MARPAUNG (1928-1980)
Penulis ini dilahirkan di Sitiotio, Porsea, Sumatera Utara, tanggal 18 Oktober 1928, meninggal tahun 1980 di Jakarta. Ia berpendidikan: SMP, SMA, Akademi Nasional (1950) dan kemudian otodikdak. Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Pimpinan Kongres Pemuda Republik Indonesia di Bukittinggi, Wakil Komandan tentara Pelajar Sumatera (1948), pemimpin majalah Kader (1950-1951), Direktur SMP “Kader” (1950-1951), Direktur SMA “Kader” (1951-1952), Ketua Ikatan Perguruan Menengah Partikelir Indonesia (1952-), dan anggota BMKN (1952-). Karyanya dimuat dalam Mimbar Indonesia dan dalam Gema Tanah Air oleh H.B. Jassin (ed.)

20. DJAMALUL ABIDIN ASS
Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 12 desember 1935. Berpendidikan SD, SMP, SMA (semuanya di Medan), dan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FKSS IKIP Jakrta (hingga tingkat doktoral). Pernah mengikuti kursus jurnalistik Radio di Jerman (1969-1970), kursus Broadcasting Management di Malaysia (1975), dan kursus Public Relation di Inggris (1983). Pernah bekerja di Direktorat Radio Departemen Penerangan Jakarta.
Karyanya: Kiriman Ayahku (1962), Gadis di Jendela (1962), Nyala Suci di Pantai Bedagai (1963), Tata Bahasa Indonesia (1963), Sastra Indonesia Modern (1964), dan lain-lain. Sejumlah sajaknya dimuat dalam Linus Suryadi AG (ed.), Tonggak 2 (bunga rampai, 1987).

21. DJAWASTIN HASUGIAN
Penulis ini dilahirkan di Pakkat, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, tahun 1943. Pendidikan terakhir Sarjana Muda Fakultas Sastra UI (1965). Pernah menjadi guru SMP, guru SMA, wartawan, dan kini berwiraswasta. Sajak-sajaknya dimuat dalam H.B. Jassin (ed.) , Angkatan 66: Prosa dan Puisi (bunga rampai, 1968), dan dalam Linus suryadi AG (ed.), Tonggak 3 (bunga rampai, 1987). Karyanya yang lain: Epos (Kumpulan Sajak), Ciliwung Bugil (Kumpulan Sajak), Menentang Matahari (novel), dan Pesta Maut Lobang Buaya (novel).

22. DJOHAN A. NASUTION
Penulis ini dilahirkan di Medan tahun 1937. Ia pernah menjadi Kepala Bidang Kesenian Kanwil Departemen P & K Provinsi Sumatera Utara, di Medan. Ia juga pernah mengikuti Konferensi PEN Club Asia di Taipei, Taiwan tahun 1970, dan Kongres PEN Club Internasional di Seoul, Korea Selatan tahun 1970. Sajak-sajaknya dimuat dalam Ribeli (bersama Aldian arifin dan Z. Pangaduan Lubis, 1977), Terminal (kumpulan cerpen + kumpulan sajak bersama Aldian Arifin, Zakaria M. Passe, dan lain-lain, 1971), Puisi ASEAN (Buku I, 1978), dan Khatulistiwa (1981).

23. FOEZA ME HUTABARAT
Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 21 Maret 1958. Pernah menjadi redaktur mingguan Dobrak dan buletin sastra Selokan, Medan (1978-1981). Cerpennya dimuat di majalah Horison. Kumpulan sajaknya: Langkah-Langkah Pendek (1981).

24.GAYUS SIAGIAN (1920-1981)
Penulis cerpen, novel, drama dan skenario ini juga aktif pada bidang pers. Ia dilahirkan di Balige, Sumatera Utara, tanggal 5 Oktober 1920 dan meninggal di Jakarta tanggal 10 Pebruari 1981. Ia memberi julukan “Paus Sastra Indonesia” untuk H.B.Jassin. julukan ini masih digunakan masyarakat sampai sekarang. Ia berpendidikan AMS-A Yogyakarta (1941), kemudian memperdalam pengetahuan mengenai film dan kebudayaan barat di Belanda (1952-1953). Pernah menjadi Kepala Bagian Skenario Perfini (1950-1956), dosen Universitas Gamaliel, Jakarta (1956-1957), dan dosen Akademi Sinematografi institut Kesenian jakarta. Pernah pula menjadi Ketua Harian BMKN, Sekjen LKN (1959), Ketua Umum Pengurus Pusat PKPI (1964), anggota DPR-GR/MPRS mewakili seniman, Wakil Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1969-1970), dan anggota Badan Sensor Film. Pernah pula menjadi redaktur Warta Indonesia, Patriot, Aneka, Warta Dunia, Sari Pers, Lembaga Minggu, Suluh Indonesia, di samping membantu Fart Eastern Film News (Tokyo).
Cerpennya “Perpisahan”, mendapathadiah majalah Kisah tahun 1953; bersama cerpen-cerpennya yang lain, cerpen-cerpen ini kemudian dihimpun dalam buku Perpisahan (1971). Karyanya yang lain dalam bentuk drama adalah Di Taman Air Mata (1958) dan Lukisan dan Wanita Buta (1967). Karya terjemahannya: Ratapan Tanah Air (Novel karya Alan Paton, 1954), Kembali ke Bataan (novel karya Carlos Romulo, 1954), Sehari dalam Kehidupan Iwan Denissowitsch (novel karya Alexander Solzhenitsyn, 1976), dan Gerhana (novel karya Arthur Koestler, 1982).
Gayus Siagian juga banyak menulis skenario film , di antaranya: Enam jam di Yogya, Krisis, Embun, Terimalah Laguku, dan Een Indonesische Student in Holland.

25. HAMSAD RANGKUTI
Sastrawan ini lahir di Titikuning, Medan tanggal 7 Mei 1943. Ia adalah mantan pemimpin redaksi Horison. Berpendidikan Sd Kisaran (1956), SMP Tanjung Balai (1959), SMA Medan (1964). Pernah menjadi redaktur harian Patriot, Medan (1963-1965), Redaktur Sinar Masyarakat, Medan (1965), kemudian bekerja di Persatuan Produser Film Indonesia (1966-1968), dan sejak 1969 di majalah Horison, ia pernah menjadi pimpinan redaksi sampai tahun 2002.
Cerita pendeknya dimuat di berbagai surat kabar dan majalah di dalam dan di luar negeri. Bahkan beberapa cerpennya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman. Selain itu cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi cerpen: Derabat (cerpen pilihan Kompas 1999), Antologi Cerpen Indonesia jilid 2 (ed. Satyagraha Hoerip). Kumpulan cerpennya yang telah terbit adalah Lukisan Perkawinan (1982), Cemara (1982), Sampah Bulan Desember (2000), Bibir dalam Pispot (2003). Novelnya yang telah terbit adalah: Ketika Lampu Berwarna Merah. Novel ini mendapat Hadiah Harapan Sayembara Penulisan Roman DKJ 1981. Sebelum terbit dalam bentuk buku, novel ini terbit secara bersambung di Kompas (1981). Selanjutnya novel ini terbit dalam bentuk buku tahun 2001. Hamsad Rangkuti pernah memperoleh penghargaan dari Harian Kompas dan Pusat Bahasa. Kumpulan cerpen Bibir dalam Pispot memperoleh penghargaan Khatulistiwa Literary Award tahun 2003.


26. HARTA PINEM
Penulis ini dilahirkan di Juhar, Tanah Karo, Sumatera Utara, tanggal 25 Juni 1958. Pendidikan terakhirnya adalah IKIP Medan (1987). Ia aktif dalam Forum Kreasi Sastra Medan. Sajak-sajaknya dimuat dalam kumpulan sajak bersama Serayu (1995) dan Mimbar Penyair Abad 21 (1996).

27. HAZIL TANZIL
Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 26 Nopember 1918. Berpendidikan HBS Jakarta, Fakultas Hukum UI, dan Rechthogeschool di Jakarta (1939-1942), dan Juridische Fakulteit Universitet van Amesterdam (1950-1953; dengan titel Drs.). Hazil pernah mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran (1959-1962) dan Fakultas Sastra UI (1969-1973). Pernah menjadi pembantu Instituut Voor Taalen Cultuur Penerbit Djambatan di Amesterdam, redaktur majalah Konfrontasi (1954-1962), Direktur Penerbit Pembangunan (1960-1968), Ketua IKAPI (1959-1963; kemudian Wakil Ketua II, 1968-1973), Direktur Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (1973-1982), dan Sekretaris Himpunan Penerjemah Indonesia (1974-). HT banyak menerjemahkan karya sastra asing, di antaranya: Kisah Jerman Sepanjang Masa I & II (1973), Kisah Belanda Sepanjang Zaman (1979), Humor Sekolom Senyum Dikulum (karya Simon Carmiggelt, 1980), Saat Untuk Bicara: Anekdot-Anekdot Syaikh Sa’di Shirazy (1985), dan Pedoman Pengendalian Mutu (karya Kauru Ishikawa, 1986)

28. HELVY TIANA ROSA
Penulis ini dilahirkan di Medan tanggal 2 April 1970. Menyelesaikan studi di Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra UI, Depok (1995). Tahun 1990 ia mempelopori berdirinya Teater Bening – sebuah teater perempuan – di FSUI. Kini menjadi pemimpin redaksi majalah Annida. Bukunya yang telah terbit antara lain Ketika Mas Gagah Pergi (1997), Sebab Sastra yang Merenggutku dari Pasrah (1999), Hingga Batu Bicara (1999), Manusia-Manusia Langit (2000), Akira (2000), Lelaki Kabut, Boneka, dan lain-lain. Namun bukunya yang pertama Mc Aliester justru diterbitkan Moslem Press, London (1966). Ia pernah mendapat berbagai penghargaan di bidang penulisan, terakhir Jaring-Jaring Merah terpilih sebagai salah satu cerpen terbaik Majalah Sastra Horison selama sepuluh tahun terakhir (1990-2000). Ia juga salah satu pendiri Forum Lingkar Pena (FLP), yaitu suatu wadah untuk menyalurkan dan menggerakkan semangat menulis bagi remaja.

29. HERMAN KS
Penulis ini dilahirkan di Medan , tanggal 9 Oktober 1937. Ia pernah menjadi redaktur harian Patriot (1962-1964) dan Waspada (1976-1981); keduanya di Medan. Sajak-sajaknya dimuat dalam Konfrontasi, Mimbar Indonesia, Sastra, Horison, dan Puisi ASEAN (buku III, 1978). Kumpulan esainya : Potret Penyair: Pengembangan Batin Penyair Indonesia Mutakhir (1985).

30. H.R. BANDARO
Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 1 Mei 1917. H.R. Bandaro pernah menjadi redaktur Harian Rakyat dan Harian Pendorong serta pernah aktif dalam Lekra. Kumpulan sajaknya, Dari Daerah Kehadiran Lapar dan Kasih (1958), mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN 1957/1958. Karyanya yang lain: Sarinah dan Aku (1941), dan Dari Bumi Merah (Kumpulan Sajak , 1963). Terjemahannya : Hilangnya Kehormatan Katharina Blum (novel Hendrich Boll, 1983).

31. IDA NASUTION (1924-1948)
Penulis ini dilahirkan tahun 1924, meninggal tahun 1948 (dalam perjalanan Jakarta-Bogor). Berpendidikan SMA dan Fakultas Sastra UI (tidak tamat). Pernah menjadi redaktur “Gelanggang” /Siasat dan Het Inzicht. Ia menerjemahkan “Pemenang” (Les Conquerants) karya Andre Gide dalam majalah Pembangunan.

32. IDRIS SIREGAR
Penulis ini dilahirkan di Medan tanggal 2 Juni 1968. Menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara, Medan, (1991). Kini menjadi Pegawai Dinas Pendapatan Dati II Deli Serdang, Tanjung Morawa. Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Puisi-Puisi Koran Sabtu Pagi (1993), Cerita dari Hutan Bakau (1994), Rentang (1995), Kebangkitan Nusantara II (1995), Bumi (1996), dan Antologi Puisi Indonesia 1997 (1997).

33. ISMAIL MARAHIMIN
Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 25 April 1934. Berpendidikan SD di Medan, Pekanbaru, dan Binjai) SMP, SGA, PGSLP di Medan, tamat Jurusan Bahasa Inggris IKIP Medan (1964), kemudian memperdalam pengetahuan di Universitas Hawaii, Honolulu, AS (1969-1971). Pernah menjadi guru SMP di Medan, dosen IKIP Medan, dan hingga sekarang mengajar di Fakultas Sastra UI. Novelnya Dan Perang pun Usai (1979; semula berjudul Tiga Lagu Dolanan), meraih Hadiah II Sayembara Mengarang Roman DKJ 1977; tahun 1984 novel ini mendapat Hadiah Sastra Pegasus Literary Prize dari perusahaan Amerika Mobil Oil Indonesia, dan tahun 1987 novel ini terbit dalam bahasa Inggris dengan judul And the War is Over (terjemahan John H. McGlynn). Selain itu ia juga menjadi editor kumpulan cerpen Jejak Langkah Anak Kampus (1989).

34. IWAN SIMATUPANG (1928-1970)
Nama aslinya adalah Iwan Maratua Dongan Simatupang. Novelis dan sastrawan Indonesia terkenal ini dianggap sebagai tokoh Angkatan 70-an di bidang prosa. Karya-karya prosa dan dramanya dianggap membawa corak filsafat Barat, khususnya eksistensialisme. Sampai sekarang, karya-karyanya itu masih menjadi bahan kajian yang menarik untuk dikaji oleh masyarakat peminat sastra.
Beberapa kritikus menyebut karya-karya Iwan Simatupang sebagai karya avant garde. Namun, Iwan menyebut dirinya manusia marginal, manusia perbatasan. Tokoh-tokoh ceritanya memang cenderung menampilkan manusia yang terpisah, kesepian, terasing dan murung. Tokoh-tokoh dalam karyanya, menurutnya adalah manusia perbatasan atau manusia eksistensialis.
Iwan Simatupang lahir di Sibolga, Sumatera Utara, tanggal 18 Januari 1928, meninggal di Jakarta 4 Agustus 1970. Berpendidikan HBS Medan, Fakultas Kedokteran di Surabaya (1953, tidak tamat). Iwan kemudian memperdalam antropologi di Fakulteit der Letteren Rijkouniversteit, Leiden, atas beasiswa dari Sticusa (Stichting vor Culture Samenwerking). Selain itu ia belajar di Full Course International Institute for Social Studies di Den Haag dan Ecole de l’Europe tahun 1957. Ia juga mempelajari drama di Amesterdam, dan filsafat di Universitas Sorbonne, Paris antara tahun 1954-1958.
Iwan Simatupang pernah menjadi tentara, guru, dan wartawan. Ia menjadi Komandan Pasukan TRIP di Sumatera Utara (1949), guru SMA Jalan Wijayakusumah di Surabaya (1950-1953), redaktur Siasat (1954-), dan terakhir menjadi redaktur Wartawan Harian (1966-1970).
Iwan mwnulis novel, drama dan esai. Beberapa karya novelnya antara lain Merahnya Merah (1968, mendapat Hadiah Nasional tahun 1970), Ziarah (1969, mendapat Hadiah Harapan Sayembara UNESCO yang diselenggarakan IKAPI. Pada tahun 1977, meraih Hadiah Sastra ASEAN sebagai novel terbaik Indonesia dalam Periode 10 tahun masa itu. Selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling dengan judul The Pilgrim, tahun 1975 ), Kering (1972, diterjemahkan oleh Hary Aveling ke dalam bahasa Inggris dengan judul Drought, 1978), dan Koong (1975, mendapat Hadiah dari Yayasan Buku Utama Departemen P & K
pada tahun 1975). Karya dramanya antara lain Buah Delima dan Bulan Bujur Sangkar (1957), RT 00/RW 00 (1957), Petang di Taman (drama, 1966), dan Kaktus dan Kemerdekaan (1969). Cerpen-cerpennya tersebar diberbagai media massa. Dami N. Toda menerbitkan lima belas cerpen-cerpennya itu dengan judul Tegak Lurus dengan Langit (1982). Iwan juga menulis puisi yang antara lain dimuat di Siasat, Konfrontasi, Zanith, Kompas, dan Sinar Harapan.
Esainya Kebebasan Pengarang dan Masalah Tanah Air memperoleh Hadiah Kedua Majalah Sastra tahun 1963. Surat-Surat Politik Iwan Simatupang 1964-1966 (1986, diedit oleh Frans M. Parera), Ziarah Malam (kumpulan sajak, 1994). Selain itu tiga buah esainya dimuat dalam Satyagraha Hoerip (ed.), Sejumlah Masalah Sastra (1982).

35. J.E. SIAHAAN
Penulis ini dilahirkan di Balige, Sumatera Utara, tanggal 20 Maret 1934. Berpendidikan SMP APPI, Jakarta (1952), SGA Semarang (1955), Jurusan Biologi IKIP Universitas Airlangga, Malang (tidak tamat) dan menyelesaikan pendidikan di Akademi Film Nasional Universitas Jaya Baya, Jakarta (1964). Ia pernah menjadi guru SD di Karanganyar, Gombong, 1956),dan SMP di Jambi dan Malang, 1959-1961), kemudian bekerja di DKJ/TIM (1973-1975), Bagian Sinematek Indonesia, Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Jakarta (1976-1980), dan penerbit Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta (1981-1988).
Cerpennya Jika Hujan Turun mendapat Hadiah Kedua Majalah Kisah (1956); cerpen ini kemudian dimuat dalam H.B.Jassin (ed.), Angkatan 66: Prosa dan Puisi (1968). Sajak-sajak dan cerpen-cerpennya banyak dimuat dalam majalah Mimbar Indonesia, kisah, Sastra, dan lain-lain. JES juga banyak menulis tentang film. Selain itu juga menjadi editor buku Usmar Ismail, Usmar Ismail Mengupas Film (1983).

36. J.U. NASUTION (1930-1983)
Penulis ini lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, tanggal 17 Maret 1930 dan meninggal di Jakarta 21 September 1983. Berpendidikan SMA-A Medan, kemudian menyelesaikan pendidikan di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra UI (1961) dan mengajar di almamaternya. Tahun 1971-1975 mengajar di Universitas Kebangsaan , Kuala Lumpur. Kembalai dari Malaysia, ia mengajar di Fakultas Sastra UI. Karyanya berupa hasil studi/kajian adalah Sitor Situmorang sebagai Penyair dan Pengarang Cerita Pendek (1963), Pujangga Sanusi Pane (1963), dan Asmara Hadi Penyair Api Nasionalisme (1965).

37. LAZUARDI ADI SAGE
Penulis ini lahir di Medan, tanggal 28 Nopember 1957. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Tinggi Publisistik, Jakarta (hingga Sarjana Muda, 1981). Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Byaar (1977), Antologi Puisi Sembilan (1979), dan Linus Suryadi AG (ed.) Tonggak 4 (bunga rampai, 1987). Kumpulan sajaknya Bola Yang Dilambungkan (1980), Tembang Kota Tanah Tercinta (bersama Adek Alwi, 1980), dan Catatan Kesaksian (1986).

38. M. BIYA SOFYAN
Penulis ini dikenal juga dengan nama Sofyan Ambia, ia lahir di Pasar Senen, Kampung Baru, Medan, tanggal 15 April 1936. Berpendidikan Tsanawiyah (1956), kini menjadi Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Utara. Cerpen-cerpennya dimuat dalam Mimbar Umum, Tanah Air, Cerpen, Sastra, dan lain-lain.

39. M. HUSSYEN UMAR
Penulis ini lahir di Medan, tanggal 21 Januari 1931. Berpendidikan MULO-B Pangkal Pinang (1949), SMA-B Jakarta (1952), dan tamat Fakultas Hukum UI (1957). Ia ikut mendirikan Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (1955), pernah duduk dalam Dewan Mahasiswa UI, dan pencipta lagu mars mahasiswa UI. Pernah bekerja di Kementerian Pelayaran, Atase Perhubungan RI di Belanda (1969-1974), Direktur Utama PT PANN, Direktur PT PELNI (1979-1982), dan penasihat UNCTAD di Jenewa, Swiss (1986-1988). Karyanya Selendang Merah (Kumpulan Cerpen, 2000), Lereng, Perjalanan dan Refleksi (Kumpulan Sajak, 2001), dan Semangat Bushido (Novel).

40. M.A. DJUHANA
Penulis ini dikenal dengan nama Aki Djuhana, dilahirkan di Tanjung Balai, Sumatera Utara, tahun 1925. Ia pernah menjadi pemimpin majalah Pembaharuan (1946), Pegawai Departemen Penerangan RI (-1974), Sekretaris Sutan Sjahrir, editor majalah Opbouw (1948), dan terakhir bekerja di UNESCO, Paris. Tahun 1949 berangkat ke Belanda, kemudian studi di Universitas Sarbonne, Paris. Sajak-sajaknya dimuat dalam Vrij Nederland dan Criterium.

41. M.R. JAMBAK
 M. Raudah Jambak, lahir di Medan-5 Januari 1972. Kegiatan terakhir mengikuti Temu Sastrawan III di Tanjung Pinang. Cukup banyak kegiatan yang digeluti sejak SD yang berkaitan dengan seni, sastra dan budaya. Lokal, nasional, maupun Asia Tenggara. Secara nasional dimulai pada event PEKSIMINAS di Jakarta (Teater, 1995), LMCP_LMKS di Bogor (sampai 2008), MMAS Guru-guru se-Indonesia di Bogor (200&), work shop cerpen MASTERA, di Bogor (2003), Festival Teater Alternatif GKJ Awards, di Jakarta (2003) dan workshop teater alternatif, di TIM Jakarta 2003), Pameran dan Pergelaran Seni Se-Sumatera, di Taman Budaya Banda Aceh-Monolog (2004). Menyutradarai monolog "Indonesia Undercover" dalam seleksi Monolog 2005, di Taman Budaya Sumatera dalam rangka monolog nasional di Graha Bakti, Taman Ismail Marzuki. Ikut membidani Cublis di Lampung (2009). Membacakan Puisi di Gedung Idrus Tintin Riau (2010),dll. Karyanya dimuat di berbagai surat kabar/maja lah Indonesia-malaysia. Saat ini bertugas sebagai guru sastra dan dosen filsafat Panca Budi Medan. Asyik membidani Komunitas Home Poetry. Alamat kontak-Taman Budaya Sumatera Utara, Jl.Perintis Kemerdekaan No.33Medan.HP.085830805157.E-Mail: mraudahjambak@yahoo.com. Selain itu beberapa buku yang memuat karyanya juga sudahterbit,misalanya:MUARATIGA (antologi cerpen-puisi/Indonesia-Malay sia), KECAMUK (antologi pusi bersama SyahrilOK), TENGOK (antologi pui si penyair Medan), Antologi Puisi MEDITASI (Sastra religius, 1999), Antologi Puisi Seratus Untai Biji Tasbih (Sastra religius, 2000), Antologi esay PARADE TEATER SEKOLAH (Aster, 2003), Antolgi Esay 25 Tahun Omong-Omong Sastra (2004), Antologi Puisi 50 Botol Infus (Teater LKK UNIMED:2002) , Antologi Puisi Amuk Gelombang (Star Indonesia Production :2005), Antologi Puisi Ragam Jejak Sunyi Tsunami (Balai Bahasa Medan:2005), Antologi Puisi Jogja 5,9 Skala Richter (Ben tang:2006), Antologi Puisi Medan Puisi (2007), Antologi Puisi TSI 1 Tanah Pilih (Disbudpar Jambi:2008), Antologi Pusi Penyair Muda Malaysia-Indonesia (PENA Malaysia:2009), Antologi Puisi, Cerpen, dan Naskah Drama Medan Sastra (TSS-TSSU:2007), Antologi Puisi Medan Internatio nal Poetry Gathering (2008), Antologi Puisi dan Cerpen Merantau ke Atap Langit (Teater LKK UNIMED:2008), Antologi Cerpen 30 Terbaik Lomba Cerpen Tingkat Nasional Fes tival Kreativitas Pemuda 2007: LOKTONG (CWI:2007), Antologi Cer pen Tembang Bukit Kapur (ESCAEVA Jakarta:2007), Antologi Puisi FLP Indone sia (2008), Penyair Urban Antologi Puisi Laboratarium Sastra (2008), Antologi Cerpen RANESI – RADIO NEDERLAND SIARAN IN DONESIA (GRASINDO: 2009), Antologi Cerpen Denting (DKM:2006), Antologi Cerpen Jalan Menikung ke Bukit Timah (Disbudpar Pangkalpinang:2009), Antologi Cerpen Dari Pemburu Sam pai Ke Teraupetik Majelis Sastrawan Asia Tenggara (Pusat Bahasa: 2003), Novel Putri Run duk (Pusat Bahasa Jakarta, 2008), Antologi Cerpen LMCP Guru (2007-2008-2010), Antologi Cerpen TSI 2 Jalan Menikung ke Bukit Timah (Disbudpar Pangkal Pinang-BABEL,2009), Antologi Cerpen TSI 3 UJUNG LAUT PULAU MARWAH (Disbud par Tanjung Pinang : 2010), dll. Alamat Rumah : Jl. Murai Batu Kompleks Rajawali Indah E. 10 – sei Sikambing B – Sunggal – Medan – SUMUT – Indonesia 20122.

42. M.S. HUTAGALUNG
Penulis ini lahir di Tarutung, Sumatera Utara, tanggal 8 Desember 1937. Menyelesaikan pendidikan di Jurusan Sastra Indonesia fakultas Sastra UI (1964) dan memperdalam pengetahuan di Universitas Leiden Belanda (1971-1973). M.S.Hutagalung pernah mengajar di Institut Kesenian Jakarta (1970-1971), School of Humanites, University Sains, Penang, Malaysia (1977-1983), kini mengajar di Fakultas Sastra UI dan Fakultas Sastra Universitas Nasional Jakarta. Karyanya Jalan Tak Ada Ujung Mochtar Lubis (studi, 1963), Tanggapan Dunia Asrul Sani (study, 1967), Hari Penentuan (novel, 1967), Memahami dan Menikmati Puisi (studi, 1971), Telaah Puisi (kumpulan essai, 1973), Kritik Atas Kritik Atas Kritik (kumpulan esai, 1975), Membina Sastra Indonesia Modern (kumpulan esai, 1987), dan Telaah Puisi Penyair Angkatan Baru (1990).
M.S. Hutagalung dianggap sebagai tokoh utama “Aliran Rawamangun” bersama M.Saleh Saat, S.Effendi, dan Lukman Ali. Disebut sebagai aliran Rawamangun karena mereka memusatkan kegiatannya di Rawamangun sejak awal tahun 1970-an. Pada waktu itu, kampus Fakultas Sastra UI masih bertempat di kampus UI Rawamangun. Menurut mereka, pusat perhatian peneliti sastra hendaknya karya sastra itu sendiri. Maslah latar, sosio-budaya, dan lain-lain jangan sampai menggeser karya tersebut. Sebenarnya aliran ini tanpa disadari mereka ternyata memiliki prinsip yang bersamaan dengan aliran struktural dalam bidang linguistik, folklore, dan lain-lain. Beberapa pikiran tokoh aliran Rawamangun dapat dibaca antara lain pada buku Kritik Atas Kritik Atas Kritik (1975) M.S. Hutagalung.

43. MANSUR SAMIN
Penulis ini lahir di Batangtoru, Sumatera Utara, tanggal 29 April 1930. Pendidikan terakhir SMA Solo. Pernah menjadi guru, redaktur Siaran Sastra RRI Solo, redaktur mingguan Adil (Solo), wartawan Harian Merdeka (Jakarta), dan redaktur majalah Cerpen. Sajaknya Raja Simangaraja mendapat Hadiah Kedua majalah Sastra tahun 1963. Karyanya yang lain Perlawanan (Kumpulan Sajak, 1966), Kebinasaan Negeri Senja (drama, 1968), Tanah Air (Kumpulan Sajak, 1969), Dendang Kabut Senja (Kumpulan Sajak, 1969), Sajak-Sajak Putih (1996), dan Santanglelo: Sajak-Sajak Cerita Rakyat (1996). Ia juga banyak menulis cerita anak-anak.

44. MARTIN ALEIDA
Penulis ini dilahirkan di Tanjung Balai, Sumatera Utara, tanggal 31 Desember 1943. Berpendidikan SD (1956), SMP (1959), SMA (1962), dan Fakultas Sastra USU (tidak tamat). Ia pernah menjadi reporter majalah Ekspres (1970), wartawan majalah Tempo (1971-1983), dan wartawan mingguan Olahraga Bola di Jakarta (1984).
Cerpen-cerpennya dimuat dalam harian Indonesia Baru, Harian Harapan, Harian Rakyat, Zaman Baru, Penca dan Horison. Salah satu cerpenny a dimuat dalam Waktu Nayla: Kumpulan Cerpen Kompas 2003 (2003). Kumpulan cerpennya Malam Kelabu, Ilyana dan Aku (1980) dan Perempuan Depan Kaca (2000). Novelnya Layang-Layang Itu Tak Lagi Mengepak Tinggi-Tinggi (1999).

45. MASKIRBI
Penulis ini dikenal juga dengan nama Mazhar, dilahirkan di Tarutung, Tapanuli utara, Sumatera Utara, tanggal 9 Oktober 1952. Kini mengajar di fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry, banda Aceh, di samping menjadi Sekretaris Umum Dewan Kesenian Aceh.
Sajak-sajak dimuat dalam antologi Riak (1972), Kami Koma Kamu (1977), Kande (1982), Ranub (1982), Antologi Penyair Aceh (1986), Puisi Indonesia (1987), Sosok I (1993), Sosok II (1994), dan L.K. Ara dkk. (ed.) Seulawah: Antologi Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995). Kumpulan sajaknya Matahariku Matanya (1990).

46. MATU MONA (1910-1987)
Nama aslinya adalah Hasbullah Parinduri. Penulis ini lahir di Medan, tanggal 21 Juni 1910, meninggal di Jakarta, tanggal 8 Juli 1987. Berpendidikan St. Anthony’s Boys School Medan dan 1930 menjadi guru bantu sekolah tersebut. Ia pernah menjadi wartawan Pewarta Deli (1931-1938), pemimpian mingguan Penyebar (1941), pembantu Panji Pustaka (1943), pendiri koran Perjuangan Rakyat di Garut (1946), pemimpin harian Tegas di Banda Aceh (1950-1953), pemimpin mingguan Penyebar di Medan (1954-1959), dan Wakil Pemimpin Redaksi majalah Selcta di Jakarta (1960-1987). Ia pun pernah menjadi pemimpin sandiwara amatir Ratu Timur (1932-1938), kemudian aktif dalam rombongan sandiwara Cahaya Timur dan Dewi Mada (1943-1944). Di samping itu ia pernah masuk badan Penerangan Divisi XII Surakarta (1946) dan bergerilya di Jawa Timur (1948). Tahun 1941-1944 ia dipenjarakan di Sukamiskin, Bandung.
Karyanya Harta Terpendam (1931), M. Yussyah Journalist (1932), Panggilan Tanah Air (1934), Rol Pacar Merah Indonesia (1934), Spionnage Dients (1935), Zaman Gemilang (1936), Dja Umenek Jadi-Jadian (1937), M.Husni Thamrin (b, 1940), Akibat Perang (1950), dan Putera Dja Umenek (1961).

47. MERARI SIREGAR (1896-1940)
Penulis ini lahir di Sipirok, Sumatera Utara, tanggal 13 Juni 1896, meninggal di Kalianger, Madura, tanggal 23 April 1940. Pendidikan terakhirnya adalah Handelscorrespondent Bond A di Jakarta (1923). Pernah bekerja di Medan (sebagai guru), RSU Jakarta, dan Opium & Zourregie Kalianget. Tahun terbit novelnya yang pertama Azab dan Sengsara, yakni tahun 1920, lazim dianggap sebagai tahun mulainya/lahirnya kesusastraan Indonesia Modern. Karyanya yang lain Cerita si Jamin dan si Johan (1918) saduran dari karya Justus van Maurik (Uit het Volk).

48. MH. AGAM FAWIRSA
Penulis ini lahir di Pangkalan Brandan , Sumatera Utara, tanggal 12 Juli 1962. Sajaknya dimuat dalam antologi L.K. Ara dkk.(ed.), Seulawah: Antologi Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995).

49. MOZASA (1914-1988)
Nama asli penulis ini adala Mohammad Zain Saidi, dilahirkan di Bogak, Asahan, Sumatera Utara, tanggal 10 Oktober 1914 dan meninggal di Medan tanggal 7 Pebruari 1988. Berpendidikan Sekolah Melayu Tanjung Balai (1928), Normaal School Pematangsiantar, dan Opleiding voor Landboutwonderwijzer, Pacasan (Bogor). Ia pernah menjadi guru sekolah rakyat di Kisaran (1934-1935), guru pertanian di Vervolgschool Arnhemia (1935-), dan Ketua dewan Kesenian Medan. Sajak-sajaknya dimuat dalam harian Sinar Deli (Medan) dan Majalah Pujangga Baru. Sejumlah sajaknya dimuat dalam S. Takdir Alisjahbana (ed.), Puisi Baru (Bunga rampai, 1946), dalam H.B.Jassin (ed.), Pujangga Baru: Prosa dan Puisi (bunga rampai, 1963), dan dalam Linus Suryadi AG (ed.), Tonggak I (bunga rampai, 1987).

50. MUHAMMAD KASIM
Penulis ini dikenal juga dengan nama M. Kasim, lahir di Muara Sipongi, Sumatera Utara, tahun 1886. Berpendidikan sekolah guru dan sampai tahun 1935 menjadi guru SD. Bukunya Si Jamin mendapat Hadiah Sayembara Buku Anak-Anak Balai Pustaka tahun 1924; buku ini kemudian terbit tahun 1928 dengan judul Pemandangan dalam Dunia Kanak-Kanak. Kumpulan cerpennya, Teman Duduk (1936) adalah kumpulan cerpen yang pertama dalam sastra Indonesia. Karyanya yang lain Muda Teruna (novel, 1922), Bertengkar Berbisik (kumpulan cerita), Buah di Kedai Kopi (kumpulan cerpen), dan Dja Binuang Pergi Berburu. Terjemahannya Niki Bahtera (karya C.J Kieviet, 1920), dan Pangeran Hindi (karya Lewis Wallace, 1931). M. Kasim dianggap sebagai salah seorang pemula cerpen di Indonesia

51. N.A. HADIAN
Penulis ini lahir di Medan, tanggal 21 September 1932. Setamat SMA melanjutkan ke Fakultas Hukum dan filsafat Panca Budi Medan. Ia pernah menjadi wakil penanggung jawab majalah Masa di Medan . Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Terminal (1971), Kuala (1975), dan Temu Sastrawan Sumatera Utara (1977). Kumpulan sajaknya Hutan Kelam (1978), Badai (1981), dan Dialog Pisau (1982).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar