Jumat, 22 November 2024

TEATRIKAL PUISI MASIH MERDEKAKAH KAU INDONESIA KARYA RAUDAH JAMBAK TAMPIL DI AMMAN, YORDANIA

Keseruan Perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-79 di Amman Yordania
Kegubernuran Amman Divisi Seni, Budaya dan Olahraga kembali menyelenggarakan berbagai perlombaan dan pagelaran seni. Persiapan acara dilakukan dengan matang oleh tim panitia, mulai dari susunan acara, perlombaan, hingga dekorasi lapangan. Hal ini bertujuan untuk memeriahkan HUT RI ke 79 pada Sabtu, 17 Agustus 2024 yang dihadiri para mahasiswa Indonesia di Amman. Seluruh kegiatan diadakan di lapangan 17 dari pukul 8.30-14.00 waktu setempat. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagai bentuk nasionalisme terhadap bangsa. Setelah proses pembukaan acara selesai, seluruh mahasiswa langsung bersiap untuk mengikuti serangkaian perlombaan. Di antara lombanya adalah futsal, voli, estafet sarung, joget tomat, dan sebagainya. Kemeriahan acara serta antusiasme mahasiswa terlihat dari hiruk pikuk mereka dalam mengikuti perlombaan. Melengkapi perayaan 17-an ini di tengah proses perlombaan, mahasiswa dapat membeli berbagai makanan yang dijual oleh peserta bazar. Pengumuman kejuaraan pun langsung diumumkan selepas perlombaan. Untuk kategori kejuaraan dibagi menjadi kategori putra dan juga putri. Hal menarik dari perayaan HUT RI tahun ini ialah penutupan acara yang diisi dengan penampilan teatrikal puisi dengan judul “Masih Merdekakah Kau Indonesia?” karya Raudah Jambak, yang diperankan oleh 8 orang mahasiswa dari grup teater karsa HPMI Yordania. Penggambaran Ibu pertiwi diperankan Alivya, pejabat oleh Agha, Investor oleh Zufar, dan pemeran rakyat oleh Arzu, Lalu Noural, Fida, Alidzky, dan Eka. “Judul teatrikal puisi yang diambil merupakan gambaran mengenai kondisi Indonesia saat ini” ucap Agha, sebagai salah satu pemeran.
Ia juga menambahkan bahwa menampilkan teater ini tidak hanya dalam rangka melestarikan sejarah, tetapi juga bertujuan untuk menginspirasi anak generasi muda agar terus menghargai dan menjaga semangat kemerdekaan. Di akhir penampilan, tepuk tangan para penonton menggelegar diikuti dengan sorakan yang menggema. Penampilan ini mengingatkan kita akan sebuah pesan penting bahwa makna memerdekakan sebuah bangsa bukanlah sekedar membebaskannya dari tangan penjajah, melainkan bagaimana menyejahterakan rakyat dalam keadilan.
Kontributor: Mayada Ainuzzahroh Editor: Khaerul Umam

Sabtu, 09 November 2024

RAUDAH JAMBAK CULTURE AND ART ACTIVITY

MESIN WAKTU RAUDAH JAMBAK

Puisi Lelaki Tua Di Simpang Raya

Lelaki Tua Di Simpang Raya Karya : Raudah Jambak Seorang lelaki tua terduduk sendiri di simpang sepi Tubuhnya mematung membeku detik-detik pagi Menyimpan dingin embun-embun tiang besi Sementara lampu merah, kuning, hijau Terus berganti Orang-orang masih bergelut mimpi Di kamar-kamar yang menyelipkan lemari besi Pada sudut-sudut tersembunyi diawasi CCTV Memerdekakan diri, memanjakan hati Lelaki tua itu pernah membingkai cita-cita Membangun tangga sejahtera untuk keluarga Berbahagia di dunia, sejati di surga Mencatat euphoria masa ke masa Receh itukah suara riangnya Menahan loncatan kosa kata-kata Berhamburan dari jendela mobil Yang tak jua terbuka Atau deru knalpot memekakkan Rasa merdeka entah di mana Seorang lelaki tua terduduk sendiri di simpang hati Do’anya seakan habis kehilangan cahaya matahari Mengarahkan sepanjang perjalanan menuju Tuhan Di sinilah ia bertahan Menghirup debu jalanan Dan hujan kehilangan pesan 20-13

Puisi Lelaki Tua Di Tengah Danau

SAJAK M. RAUDAH JAMBAK Lelaki Tua Di Tengah Danau O, Batara Guru…. Telah kubuat tuah ni gondang Dengan tujuh kali putaran Dari gondang mula-mula Somba-somba maupun liat-liat Angin mengelus, air mengalir Pada danau segala desau Adakah rahasia pada segala Atau hati sembunyikan misteri Padamu, padaku, atau pada kita O, Batara Guru…. Telah kulakukan mangase homban Agar senang si Boru Saniang Naga Agar senang si Boru Deak Parujar Agar terjaga tanah negeri kami Riak-riak menciptakan irama Para bocah yang berebut mencapai dasar Ah, adakah rindu masih terpaut Atau dendam masih tersudut Padamu, padaku, atau pada kita O, Batara Guru…. Sampaikan kepada Ompu Mulajadi Nabolon Jagalah Bona Ni Pasa segala suka Jagalah Bona Pasogit segala cita Jagalah hati kami dari segala angkara Menarilah dengan penuh sukacita Bernyanyilah dengan segala keindahan nada Angin akan membawa kabar berita Air akan menyatukan segala cinta Padamu, padaku, atau pada kita 13-20

Puisi Setangkai Melati Untukmu, Guruku

Setangkai Melati Untukmu, Guruku Karya : Muhammad Raudah Jambak Setangkai melati untukmu guruku Kuambil dari perjalanan dekat Tapi sulit kudapat Semua begitu gelap Walau lentera tertancap huruf dan angka-angka Penunjuk arah Merobah sejarah Setangkai melati untukmu, guruku Sebagai buah tangan dari tugas Tanpa pamrih yang kau berikan Batu hitam kini kau rubah jadi buku Begitu kelam alat tulis masa lalu Namun semangatmu tak pernah beku Buah ilmu dari pohon semangat Yang kau tanam telah membuahkan Kesuksesan muridmu menghias zaman Membangun peninggalan Meninggalkan penjara kebodohan Dari perjuangan telah membebaskan muridmu Dari batu-batu, bisu dan kaku Tak ada kelebihan dari hidup Yang kau jalankan Kau tetap melangkah tegas ke medan tugas Dengan hati nyaman, tentram Demi mendidik muridmu Yang menganggapmu kolot dan ketinggalan zaman Tapi itu tak kau perdulikan Setangkai melati untukmu, guruku yang putih bersih seputih salju Dan seputih hatimu yang suci Dipersembahkan tunas-tunas generasi Yang bersemayam di bumi pertiwi Setangkai melati untukmu guruku Kami persembahkan, kami berikan Sebagai tanda terima kasih kami Terima kasih dari kami untukmu guruku komunitas home poetry, 1993

PUISI DO'A SEORANG GURU UNTUK MURID-MURIDNYA

DO'A SEORANG GURU UNTUK MURID-MURIDNYA Karya : Raudah Jambak Tuhan, Dengan bias sebatang lilin ini Aku hanya berharap jangan padamkan Cahaya dalam hati kami Walau rekening sujud belum sempat Terbayarkan Tuhan, aku berharap Jangan putus aliran rahman dan rahim-Mu Di rumah cinta kami Atau jangan bebankan bea denda dosa Yang berlebih pada tagihan karat hati kami Sebab, kami masih punya generasi penerus negri ini Yang perlu disuguhi saluran kasih jiwa Pada televisi pencerahan Atau rice-cooker ketabahan serta rekening ilmu tak berkesudahan Tuhan , Dengan bias sebatang lilin ini Terangkanlah jiwa-jiwa yang gelisah Dari hati dan pikiran yang disumbat kegelapan. Perkenankanlah Keinginan kami Amin Medan, 2000

PUISI ORKES IRAMA TAK BERATURAN

ORKES IRAMA TAK BERATURAN M. RAUDAH JAMBAK Dung tak dung dung tak tak Dung tak dung dung tak Zapin menari pada pentas hati Ditingkahi tatap mata penonton paling sunyi Adakah yang lebih semai dari pola lantai Pada hentakan kaki berderai? Dung tak dung dung tak tak Dung tak dung dung tak Mungkin karena aku yang acap menyulam lupa Hingga terasa hentakan langkah kita tak sama Padahal kita telah sepakat kerdip mata Dan goyangan kepala sebagai ketukan tanda Dung tak dung dung tak tak Dung tak dung dung tak Entahlah, apa karena keahlianmu berimprovisasi Atau aku yang mengambil kesimpulan terlalu dini Kau ke kiri aku ke kiri, kau ke kanan aku ke kanan Kita pegang erat ijab-kabul segala kesepakatan Dung tak dung dung tak tak Dung tak dung dung tak Ayo menari, ayo menyanyi Sampai berhenti pada irama paling sunyi Dung tak dung dung tak tak Dung tak dung dung tak OKT, 2012

PUISI MENJADI BARU KARENA MU, GURU

MENJADI BARU KARENA MU, GURU Karya : M. RAUDAH JAMBAK Bukan tanpa sebab, maka huruf menjelma kata Bukan tanpa sebab, maka kata menjelma kalimat Bukan tanpa sebab, kalimat menjelma maklumat menjadi bahasa antara kami dan engkau, guru segalanya menjadi baru Lihatlah, Adakah yang lebih mulia dari sekumpulan intan atau berlian dibandingkan dari ketulusanmu membimbing kami menyulam huruf dan kata, merangkai kalimat dan bahasa? Dihadapanmu kami bersaksi dan kami tak pernah mengeram sangsi Bukan tanpa sebab, angka bertambah Bukan tanpa sebab, angka berkali Bukan tanpa sebab, angka menjelma dalam rumus kimia atau fisika menjadi semesta fikir kita, guru segalanya menjadi baru Lihatlah, Adakah yang lebih luas dari samudera dan mayapada, selain keluasan hatimu yang terang benderang penuh cahaya dalam keikhlasan tak terhingga? Dihadapanmu kami bersaksi dan kami tak pernah mengeram sangsi Begitupun, kami acap terlupa membebaskan huruf yang terkurung di ruang berpintu tertutup memerdekakan angka yang terpenjara di ruang berdinding curiga Mungkin kata maaf berjuta tak cukup, bagimu. Sebab acap kami berucap penuh kesia-siaan. Dan berkali kami menghitung jasa pada kurva luka dan sabarmu mengubah kami selalu menjadi manusia baru dalam setiap detak detik waktu Bukan tanpa sebab, maka huruf Bukan tanpa sebab, maka kata Bukan tanpa sebab, kalimat Bukan tanpa sebab, bertambah Bukan tanpa sebab, berkali Bukan tanpa sebab, semesta segalanya menjadi baru tentang bahasa tentang mayapada penuh cahaya tak terhingga dan merdeka Dihadapanmu kami bersaksi dan kami tak pernah mengeram sangsi Terimakasih dari kami untukmu guru Sebab, Kami selalu menjadi manusia baru dari waktu ke waktu Dihadapanmu kami bersaksi dan kami tak pernah mengeram sangsi Komunitas Homepoetry, 2019

Raudah Jambak, Sastra dan Budaya MarjinaL