Selasa, 08 Februari 2011

Puisi

Mesir /1/

M.Irsyad A. Sungkunan Lubis

Mendengar kabarmu di televisi
menderu, memecah telinga
memahat luka mengucur airmata bunda

anaknya terpuruk belenggu itu
takut menggetar
lapar menggelegar
desingan senjata bergemuruh
riuh rakyat bergaduh

bunda makin merintih
saat membaca pesan singkat
dari handphone-nya
“aku rindu senja di kampung kita bu”

Mesir /2/

Kulihat sajadah kuyup
airmata tiada henti
do’a tak putus
harap tak pupus
dalam sholat malam
sampai fajar menyingsing
tasbih masih mengintari jemarinya
dalam genangan airmata
memohon pada-Nya
puteranya dalam tangan Tuhan

Mesir /3/

Televisi masih bernyanyi
melagukan tangis
mengirim duka
dalam sajak-sajak berita
sesekali kuseka airmata bunda
bercerita tentang cinta
hingga temaram menyapa di ufuk timur
kulebur dukanya
lewat kata-kata manja
lalu berdo’a bersama

Poloria Sitorus

/1/ Masihol Mulak Tu Huta
;Rindu pulang kampung

*Arga do bona ni pinasa
diakka na burju marroha
sai ingot ma mulak tu huta
mulak tu bona ni pinasa..

senandung lagu itu menghiris kalbu
saat roda jaman mengantar ragaku
dari jalanan berliku di bawah kaki bukit barisan
Siantar— harangan ganjang menuju Parapat
sementara gulungan ombak danau Toba
dingin memeluk hati
dan rindu kian mendera
lindap di dada
padamu, inang..
--huta hatubuanhu
*diambil dari lirik lagu “Argado Bona Ni Pinasa”
(dalam perjalanan pulang ke Porsea)
Parapat, 23 Jan 2011, KSI-Medan

/2/ Di Tanah Tuktuk

sedang setiap asaku
‘tak lagi engkau peluk hangat
telah sedingin peluk danau Toba
tak lagi beriak!
pun mata tak lagi mampu melihat
sinarmu yang menggantung di antara singa-singa
ruma Batak, di atas tanah Tuktuk
arwahmu telah tinggalkanku, jauh..
*madekdek ma gambiri da hasian..
sai madekdek tu bonana da hasian..
*lirik lagu Batak, “Madekdek Ma Gambiri”
Tuktuk Siadong, 25 April 2010

/3/ Penantian Panjang

Pohon mangga udang
di persimpangan jalan itu
di bawahnya kau sering menunggu
sembari meniup seruling bambu buatan ‘opung doli’1]
setiap aku datang, kau sambut dengan ‘mengkel suping’2]
ah, mungkin itu senyummu yang terakhir dalam ingatan

itu dulu—terhitung lima belas tahun
kini berganti, sudah berapa lama aku duduk menunggu
sejak daun pohon ini pertama menguning
dan gugur ke tanah
lalu esok dan esok harinya lagi
besok dan besoknya lagi
tak ada jemu dalam penantianku
hingga ratusan dan kini ribuan daunnya menguning
layu lalu berguguran ke tanah yang kian kerontang
mungkin mereka faham kisah hatiku mulai meranggas
sebab tak satu pun kapal singgah di Tuktuk
membawa ragamu kembali pulang pada pelukku
sedang hatimu terpaut oleh ‘boru seleban’3]

Cattn : 1]Kakek, 2]Tersenyum, 3]Gadis lain di perantauan
(terinspirasi saat shooting film ‘PADAN’)
Karya Wisata, Tuktuk Siadong, P.Samosir

/4/ Sihol tu Tao Toba
; Rindu ke Danau Toba

Hanya pada serambi malam
berkisah aku tentang rindu
andai rembulan pun membisikimu
rinduku begitu mendudu
pada gemercik ombak yang memecah
batu-batu di tepian Tao Toba
rindu derap kaki-kaki menuruni kapal-kapal
perahu-perahu berlayar lalu lalang
suara-suara dengan banyak bahasa
ah, Tao Toba-saat ini sepi!
pelukmu kini terlalu dingin
tapi aku tak ingin berpaling
*lao pe au marhuta sada
sai tu pulo Samosir, masihol au..
Cattn : *lirik lagu dari “Pulo Samosir”

Syafrizal Sahrun

GADIS GAUN MERAH I

Kau perlihatkan gaun merah ini kali
saat senja
ketika malam dan siang bertemu
dipersimpangan walau sebentar
“gong xi fa chai”
kalimat yang merayap ketelinga
mengiring gaunmu menyusur
peradaban demi peradaban

GADIS GAUN MERAH II

Ini kali kutemui bercak sendu di wajahmu
lantas aku bertanya;
apa gerangan di hari bahagia terpahat
gundah diwajahmu
wahai gadis bermata sayu?
lalu dia tersenyum
namun senyumnya mengendap kedasar
hingga aku tak berdaya menafsirkan

GADIS GAUN MERAH III

Aku hanya gadis bagai angin
jadi penikmat di siang hari
dan menjelma penonton dimalam-malam sepi
ini kali saat senja berlalu
temanilah aku memetik nanas merah
dan mengambil pohon kambuat dikebun
diatas angin yang tak terjamah
lantas kita letakkan dialtar negeri ini
agar jati diri kembali yang belakangan ini
terkikis kasus-kasus korupsi yang menjadi-jadi

GADIS GAUN MERAH IV

Dalam seketika dia lenyap tanpa berita
sebelum aku sempat bertanya
lalu ku temui setangkai bunga merah
di tangan kanan yang gemetar
lalu aku bertanya;
ini untuk siapa?

I M L E K

Pipimu memerah untuk kali ke dua
saat malam itu
dan malam ini
ketika imlek mendekap
dan mencumbu dengan asa yang baru
KOMISI, 02 Februari 2011

TIGA KUE BAKUL

Kau hampiri aku setelah isya
dengan sepeda yang pernah membawa kita
menyusur angin dan samudera
di gubuk reot
bak gembala tua yang duduk termangu berkelu
terpahat sejarah panjang yang tinggal kenangan

kau hampiri aku setelah isya
saat kunang-kunang memperindah malam diantara cemara
kau mengetuk
aku membuka
ku saksikan senyum menyatu keindahan surga
kau berikan aku tiga kue bakul
dan dekap hangat beberapa saat
lantas kau pergi
dan aku menafsir teka-teki
KOMISI, 02 Februari 2011

Sri Ulina Hemalia Pelawi

KEPADA KORUPTOR (I)

Selamanya kita tak akan mampu
berdiri tegak
selalu terinjak
kau seperti racun
yang meluluh-lantak
kau juga seperti tikus-tikus
yang kelaparan

kita seperti budak yang dipermainkan tuan
habis keringat mengucur di badan
habis air mata basahi penderitaan
sedang kau mencurinya dari belakang.
Karya, 2011

KEPADA KORUPTOR (II)

Dimana nuranimu
dimana imanmu
kami tercampak di tepian jurang
merangkaki kepedihan

kau terus mencabik-cabik lumbung kami
dengan sebilah belati yang terhunus perih
kesetiaanmu pada negeri telah mati
di kepalamu, miliaran uang berlarian
membunuh semua keyakinan
hidupmu seperti racun
yang dipenuhi kepalsuan
masihkah Tuhan hidup di dadamu, tuan?
Karya, 2011

KEPADA KORUPTOR (III)

Camkanlah, tuan
hidup tak selamanya abadi
esok atau lusa
kita pun akan mati
apa yang kita kejar-kejar
dan kita cari-cari
tak lagi berarti

masihkah hari-harimu tersesat
di lorong panjang yang berduri
hingga tak ada waktu
untukmu membersihkan hati.
Karya, 2011

Adliya Eka Putri

Menemu Jawab

Senja ini tak kutemu luka
kuramu semacam bahagia
pada tawa yang tersungging dari bibir mereka
pun hati yang lapang menerima setiap kabar yang tertitip pada angin

lelakiku,
pernahkah kau tahu mengapa aku kemarin,semalam, atau fajar tadi?
disini ku jawab semua; sebab aku terlalu gelisah akan senyum yang menjelma jelaga rindu.
Sketsa KONTAN, Februari 2011

Kepada Senja

Senja, aku akan berkabar tentang perpisahan
sebab pohon mengajariku kesetiaan.
lalu senja menatapku, penuh kebingungan

lantas aku berbisik
dia mengajariku arti kesetiaan senyum di balik kenyataan perpisahan
; tak ada yang hilang!
Sketsa KONTAN, Februari 2011

Halim Mansyur Siregar

CINTA SEJATI TAK PERNAH PADAM

Lentera cinta sejati tidak akan pernah padam
meski ditiup angin berulang ulang
atau bahkan diguyur hujan

DALAM DEKAPAN IBU

Dalam dekapan ibu
badai tak mampu menyentuhku

TAK INGIN MENJADI SEMBILU

Inilah aku yang tumbuh dari serumpun bambu
namun tak ingin menjadi sembilu
hingga tak kusesali masa lalu
dan tak akan tercurah air mata
kecuali menetes ke akar bunga

GANJIL MENJADI GENAP

Di antara bimbang yang mengembang
ada harap yang menyelinap
ganjil berubah menjadi genap

RESAH

Kusadari sepenuhnya ini hanya kata-kata basi
tetapi bagaimana lagi mesti kutulis puisi
agar putik bunga di hati tiada resah lagi
oleh kemarau panjang yang ia jalani

Thilal Fajri

Tunjukkan jalanMu

Malam ini, kau ajarkan aku akan keberadaanMu
meski tiada sepatah kalam pun ku dengar
malam ini, kau tunjukkan segala kuasaMu
meski ku harus berdiri tuk tegar
dan malam, baru sesungguhnya ku sadari makna dari kehadirannya
hingga waktu telah berpacu
mengalihkan rasa dan sadarku
hingga galau puas menjamahku
saat sadar kembali merenggutku
ku mohon, tunjukkan jalan terbaik dariMu.

Apalah Daya

Ia sibuk mencari sebaris nama di kertas itu
surat kabar yang tlah ingin dibaca sejak kemarin
menumbuhkan setitik harapan
kan ada perubahan dalam kehidupan
tapi nihil, namanya kali ini pun tak ada
sama dengan tahun-tahun sebelumnya

akankah roda waktu terus membiarkannya pada titik yang sama
pengabdiannya hanya mendapat apresiasi sekadarnya
tapi apalah daya, ia yakin ilmu itu kan melindunginya
kelak saat ia kembali ke sisiNya

Bangkitlah Saudariku
teruntuk saudariku:

Sobat, yakinlah masa ini tak kan tersia
tlah banyak luka yg kau rasa
tapi pasti, ada arti di balik semua
saat mata hanya mampu menangkap nyata
makna zahirnya pasti kan menyapa

sobat, masa terindah pasti kan tiba
teriring doa, agar kau selalu tegar menghadapi semua
tunjukkan pada dunia
bahwa kau tak kan pernah bungkam dalam duka.

Saat Kau

Saat mata yg paling dapat melihat yang nyata
tapi ku ingin, hati yang lebih dpt melihat
saat telinga yang paling dpt mendengar
tapi ku ingin, jiwa yang lebih dapat mendengar
saat pikiran yang selalu menimbang salah dan benar
tapi ku ingin juga, hati laksana penasehat lahirnya bijaksana
saat waktu terus bertanya tentang segala
ku ingin hanya Kau yang membantu menjawab semua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar