Rabu, 20 April 2011

Penyair Komunitas Home Poetry



alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5597568359094310658" />


Djamal
Kepala Atau Ekor

Akulah kepala, kepala yang berarti seribu kepala yang penuh kehendak
dengan takdir sebagai kepala, segala tuah kepala, segala kuasa kepala
kepala-kepala yang mengatur segala gerak, segala tingkah, segala kata
segala hal bagiku adalah aku yang tak lain adalah permainanku, sang kepala
maka mainkan saja segala permainan berdasarkan kehendakku, kepala

Lalu kamikah ekor, yang mengekor berekor-ekor, tanpa perlu disebut ekor
telah terlahir jadi ekor, takdir ekor yang hanya mengekor, segala gerak dan tingkah
hanya liuk yang tak arti selain mengikuti kehendakmu, wahai kepala, iakah begitu
kamikah yang memainkan segala kehendak tanpa daya selain kibasan-kibasan tanpa makna, begitu pongah engkau, meski begitu kami turut dalam permainan, dengan sedikit daya sebagai ekor

Dalam kepala kami berputar seribu rahasia, rahasia para kepala adalah
kehidupan segala atas kehendak kami, dalam rahasia para kepala ada segala kebutuhan kami dan kebutuhanmu yang kami atur seatur-aturnya, sesuka kami sajalah karena kami kepala yang dalam kepala kami tak lain adalah nyawamu, masa depanmu, keluargamu,harta bendamu dan mu-mu-mu semua mu, akuilah, kami raja yang memegang kendali atas segala halmu. Maka bersorak-sorailah buat kami Hidup Kepala!

O, begitu gilakah takdir sebagai ekor-ekor yang terseret-seret dalam permainanmu
yang sungguh berahasia jalang yang terus kami ekori sebagai ekor-ekor
yang telah ditakdir sebagai sesisa bagian yang paling sisa yang kau anggap
mainanmu, yang seenak kepalamu kau seok-seokkan ke kanan ke kiri, ke atas-ke bawah
kamilah itu ekor yang kau anggap ekor-ekor, yang selalu kau teriyaki Matilah ekor-ekor!

Bolehkah aku tidak peduli, kepala-kepala memang bertugas mengatur kemenangannya,
Kebutuhan paling butuh yang membuat kebutuhan terpenuhi, itulah tugas kami. Untuk itu tentu ada kebutuhan yang disisakan buat bagian sisa. Maka kamipun menjelma jadi beribu macam kepala sesuai kebutuhannya. Apabila kami di tempatkan di sebuah pulau kamilah kepala pulau, apabila ada sebuah urusan maka kamilah kepala urusan. Dan apabila ada sebuah permainan, kamilah kepala permainan. Atas nama kepala

Lalu kami, bolehkah jadi peduli. Ekor-ekor bukanlah sisa, tapi bagian nyata dari tubuh juga. Segala bagian yang telah merrasa jadi sisa ialah kami, yang tanpa daya ialah kami, yang tanpa kuasa ialah kami, yang tertindas ialah kami, yang terpaksa menurut ialah kami, di segala urusan di segala permainan di segala kepulauan. Kamilah sekumpul-kumpul ekor yang mengekorimu tanpa kau sadari. Atas nama ekor

Kepala ialah kepala, kami para kepala telah sepakat untuk tetap mengepalai, maka siapapun yang hendak bernama kepala kami bolehkan saling rebut, saling silang, saling hantam, saling tipu, saling khianat agar tetap jadi kepala. Agar kepala-kepala tetap berada dalam posisinya sebagai kepala. Maka siapapun yang hendak dengan kami akan kami beri tempat, mungkin jadi leher, tangan-tangan kami dan seterusnya. Tapi kalian, bagian-bagian yang menyusahkan, yang sisa yang tak berguna tetap akan jadi ekor-ekoran kami saja. Terimalah takdir dan kesialanmu, memilih jadi ekor!

Tapi bukanlah segampang itu, kami para ekor merasa sebagai sisa. Di atas kepala di bawah kepala. Memang adalah kesialan bagi kami. Memang nasib telah mempermainkan kami, memilih kami jadi ekor. Tapi ini adalah kami, ekor-ekor yang mengekor bukanlah posisi yang pantas kalian permainkan, kami para ekor akan bergerombol-gerombol berekor-ekoran, menyatu sebagai ekor yang akan melilitmu apabila menyiakan kami, yang menyialkan kami. Kau akan menanggung nasibmu sebagai kepala!

Kepala akan terus menindas para ekor!
Kepala akan berbuat sesuka hati demi kepalanya sendiri, demi keagungan kami para kepala! Agar kepala tetap kepala! Ekor tetaplah ekor!

Begitukah! Maka kami para ekor akan bersatu menghempang para kepala
dengan keekoran kami! Kau para kepala membutuhkan kami, para ekor!
Kami akan berontak, Agar para kepala juga memikirkan nasib para ekor!
Demi keberadaan ekor yang bukanlah sisa!


Medan, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar