Kamis, 14 April 2011

Tarung Penyair Panggung Tanjung Pinang Pertarungan Gagasan

M. Raudah Jambak

Mungkin akan muncul di benak kita untuk apa penyair ditarungkan? Kalau seandainya pertanyaan ini muncul dari orang-orang awan tentunya wajar, tetapi kalau penyair atau seniman yang berbicara tentu ini akan menjadi satu tanya besar. Penyair yang selalu bergulat dikubangan simbol kata dan penafsiran lalai menafsirkan kata tentu aneh.
Sulit-sulit mudah memang jika harus diberi penjelasan lebih lanjut tentang persoalan ini. Pada dasarnya adalah penyair tentu selalu masuk dalam kawasan kegelisahan kreatifitas. Kegelisahan itu tentunya tidak hanya puas dengan menuangkannya di atas kertas tetapi juga di atas panggung. Penyair kertas tentu beda dengan penyair panggung, atau kombinasi keduanya. Dan penulis menangkap bagaimana kegelisahan itu dapat di apresiasikan di kertas dan panggung sekaligus. Termasuk ketika ide ini justru dituangkan dalam Tarung Penyair Panggung se-Kota Tanjung Pinang dan se-Asia Tenggara sekaligus.
Setelah sukses menyelenggarakan Tarung Penyair Panggung pertama 2008, Pemerintah Kota Tanjungpinang bekerja sama dengan Yayasan Panggung Melayu kembali melaksanakan Tarung Penyair Panggung, kali ini terbuka se-Asia Tenggara. Dilaksanakan 14-17 April 2011 di Gedung Kesenian Aisyah Sulaiman dan Anjung Cahaya Kota Tanjungpinang.
Tarung Penyair Panggung dilaksanakan awalnya untuk Hari Ulang Tahun Suryatati A Manan, Wali Kota Tanjungpinang dengan tujuan memberikan penghargaan atas dedikasinya terhadap kesastraan, khususnya puisi. Ini agar dapat memberikan inspirasi kepada kepala daerah lainnya supaya peduli sastra Indonesia sebagai usaha mengangkat martabat bangsa melalui kegiatan budaya yang bernilai. Selain itu, menggairahkan tradisi pemanggungan puisi yang unggul, inovatif dan kreatif serta wahana silaturahmi penyair se-Asia Tenggara.
“Bukan sarung sembarang sarung, sarung penyair ter¬singkap angin kencang. Bukan tarung sembarang tarung, tarung penyair mantap di Tanjung Pinang,” ujar Suryatati di momen peresmian dan pembukaan acara itu. Perhelatan akbar yang para pemenangnya diumumkan Sabtu (16/4) itu, diselenggarakan oleh Peme¬rintah Kota Tanjung Pinang dan merupakan lanjutan acara Tarung Penyair Panggung di tahun 2009.
“Acara ini adalah salah satu upaya memberikan apresiasi kepada para seniman yang ada, khususnya di Tanjung Pinang, untuk unjuk kebolehan,” ujar Suryatati.
Suryatati merespons baik kegiatan tempat bertarung dan bersilaturahminya para penyair dengan berbagai karya dan bermacam gaya. Dia juga berharap kegiatan ini dapat berlanjut, untuk dua atau tiga tahun sekali. Baginya, momen ini adalah kesempatan untuk masyarakat, khususnya di Tanjung Pinang, termasuk seniman dan penyair, untuk mencurahkan isi hatinya lewat karya sastra.
Menurut Ketua Pelaksana Kegiatan Tusiran Suseno, ba¬nyaknya permintaan dari penyair di daerah lain membuat acara ini diluaskan dan dibagi menjadi dua bagian, yaitu Tarung Penyair se-Tanjung Pinang dan se-Asia Tenggara. “Kami menyertakan penyair dari daerah lain se-Indonesia, termasuk dari negara lain,” ujar Tusiran yang dikenal sebagai pengamat pantun ini.
Peserta yang mendaftar di ajang Tarung Penyair Panggung se-Tanjung Pinang mencapai 74 penyair dengan juri antara lain Yurnaldi dan Lawen Newal. Sementara itu, peserta ajang Tarung Penyair Panggung se-Asia Tenggara mencapai 52 penyair, yang pesertanya berasal dari daerah lain di Indonesia dan dari Asia Tenggara
‘’Kami berharap kawan-kawan penyair untuk ikut ambil bagian dalam pertarungan ini. Selain untuk mengadu kemampuan dalam membaca puisi, juga mempererat silaturahmi antar sesama pelaku seni. Selain itu kita harapkan acara ini dapat memberikan apresiasi pada kalangan muda untuk mendorong kemampuan menulis puisi serta berekspresi di pemanggungan puisi. Puisi dapat disenangi dan menjadi kreativitas yang digemari generasi muda’’ ulas Konseptor dan Pengarah Kegiatan Tarung Penyair Panggung Asrizal Nur.
Acara ini, menurut Asrizal yang dikenal juga sebagai penyair itu, bertujuan menggairah kan tradisi pemanggungan puisi yang unggul, inovatif, dan kreatif. Acara ini juga dapat dijadikan sebagai momen silaturahmi antarpenyair se-Asia Tenggara.
Peserta Tarung Penyair Panggung se-Asia Tenggara, memperebutkan Piala Suryatati A Manan (Wali Kota Tanjungpinang), Uang Total Rp40 juta, gelar Johan Penyair Panggung, piagam penghargaan dan cenderamata.
Semua peserta mendapatkan kesempatan dibawa ziarah budaya ke makam Raja Ali Haji, satrawan terkemuka pencipta Gurindam 12 (dua belas).
Sumatera Utara, Medan, menindaklanjuti kegiatan positif ini. Walau hanya mendapat bantuan moral dan Doa, dari Sumatera Utara M. Raudah Jambak, Djamal, Indah Zuhairani, dan Reza Adrian hadir dalam kegiatan ini. Terlepas dari pikiran dan sisi yang lain, yang jelas kegiatan ini sangat positif selain menambah rasa kekeluargaan juga sekaligus sebagai ajang berbagi gagasan. Semoga daerah lain ikut tergugah dengan kegiatan seperti ini.
Acara ini dimulai dengan babak penyisihan dengan menetapkan 15 finalis (dari Medan Indah Zuhairani Siregar masuk sebagai finalis), dan menentukan 6 Johan Penyair Panggung di babak final. Pada penutupan diisi sejumlah penyair seperti Karmila asal Brunei Darussalam, Yoserizal Manua dari Jakarta, Asrizal Nur, Sutardji Calzoum Bachri, serta penampilan unik puisi kalosal para pelajar SLTA yang membawakan “Melayukah Aku” karya Walikota Tanjungpinang Suryatati A Manan. Malam itu, Suryatati tampil membawakan “Tinggal Kenangan”.
Tusiran Suseno selaku Ketua Pelaksana Tarung Penyair menjelaskan, ajang itu dibagi 2 kategori yaitu tingkat Kota Tanjungpinang yang diikuti 50 peserta dan tingkat Asia Tenggara yang diikuti 70 peserta. Ajang yang berlangsung sejak 14-15 April itu merupakan kegiatan perdana di Indonesia dimana para penulis puisi sekaligus membacakan hasil puisinya secara langsung.
Presiden Penyair Indonesia Sutarji yang menjadi juri tunggal dalam ajang itu menyebutkan, bahwa puisi yang ditulis baru setengah jadi, dan puisi dibawakan oleh pembaca baru, memberikan warna dan sempurnanya sebuah puisi. Sedangkan proses editing memiliki peran penting untuk dapat memberikan penafsiran dari sebuah hasil karya serta dalam kehidupan.
Sementara, Walikota Tanjungpinang, Suryatati berharap melalui ajang itu, nama Tanjungpinang bisa bergaung ke seluruh Indonesia bahkan ke seluruh Asia, demi lebih meningkatkan jalinan silaturahmi serta lebih menggairahkan dunia sastra.
Dari hasil penilaian juri untuk tarung penyair tingkat Kota Tanjungpinang pemenang unggulan 3 diraih Dian Saputra, unggulan 2 M.Febriyadi, unggulan 1 Muhardim, Juara III Mila Aminiyati, Juara II Asih, Juar I, Zainal dengan judul puisi “Segenggam”. Kemudian, untuk kategori Asia Tenggara pemenang unggulan 3 Yoan Sutrisna Nugraha asal Tanjungpinang, unggulan 2 Khrisna Pabichara asal Bogor, unggulan 1 M.Raudah Jambak asal Medan (Sisingamangaraja, Hobar Namora). Juara Juara III Barozi asal Tanjungpinang, Juara II Nana Riskhi Susanti asal Semarang dan juara I, Jefri Al Malay asal Bengkalis dengan puisi “Anjung-Anjung”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar