Senin, 02 Oktober 2023

Perpaduan Sastra dan Kearifan Lokal Berbahaya Bagi Paham Radikal,

Karya Sastra dan Kearifan lokal bagian tak terpisahkan. Perpaduan Sastra dan Kearifan Lokal Berbahaya Bagi Paham Radikal, oleh karenanya, Dua orang ini, yakni Sastrawan Joko Pinurbo, dan M Raudah Jambak dan pada dialog Pelibatan Komunitas Seni Budaya dalam pencegahan Terorisme bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), Kamis (30/3/2017) di Hotel Polonia Medan. "Sastra memiliki keampuhan melumpuhkan radikalisme. Sebab, sastra dapat mengembangkan rasa empati seseorang dalam proses pendewasaan diri,"ujar Sastrawan Joko Pinurbo di hadapan para Audiens. Menurut Pria yang memakai baju kotak-kotak itu, karya sastra seperti puisi dapat mengembangkan daya imajinasi dan empati seseorang. Sehingga dapat membuka nalar agar tidak melakukan tindakan yang memojokkan satu komunitas di luar komunitasnya. Lebih lanjut, Sastrawan kelahiran Sukabumi ini menjelaskan, sastra dapat menembus sekat-sekat, termasuk sekat keagamaan. Oleh karenanya, budaya silaturahmi itu baginya penting. "Saya tidak pernah melihat di kalangan seniman itu ada konflik. Apalagi sampai mempersoalkan latar belakang agama dan suku,"sebutnya. Pria penerima anugerah dari Khatulistiwa Literary Awards, membuktikan Karya Sastra dapat membunuh bibit paham radikal. Seperti karya Sastrawan Sitor Situmorang Sang penulis “berbahaya” yang ditakuti rezim Orde Baru dan Chairil Anwar. "Saya bilang, sastra bisa mencegah berkembangnya radikalisme. Kalau saya membaca karya-karya Sitor Situmorang dan Chairil Anwar, jawabnya jelas bisa. Karena, ditunjukkan disana, watak sastra dapat menembus sekat-sekat, baik sekat keagamaan,"sebut pria lulusan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Sanata Dharma Yogyakarta ini. Sedangkan Tokoh Seniman Taman Budaya Sumut, M Raudah Jambak, dalam paparanya, mengatakan, di dalam kearifan lokal banyak ajaran tentang kesadaran diri untuk menangkal paham radikal. Seniman yang juga tokoh Teater asli Medan ini, memaparkan, penghidupan nilai-nilai, legenda-legenda, nyanyian, ritual-ritual dan adat istiadat Indonesia sangat baik bila difungsikan menantang paham radikal. Namun, untuk mengetahui suatu kearifan lokal di suatu wilayah, haruslah memahami nilai-nilai budaya yang baik di lingkungan tersebut. "Kalau mau jujur, sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini sudah diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita. Budaya gotong royong, saling menghormati adalah contoh kecil dari kearifan lokal,"ujarnya. Lebih lanjut, pria yang pernah mengampu mata kuliah Ilmu Komunikasi Filsafat di Universitas Pembangunan Panca Budi dan kelahiran 1972 ini menjelaskan, dalam suatu masyarakat dan negara, fungsi pendidikan sangat penting dalam membangun cara pandang generasi calon pemimpin bangsa. Oleh karenanya, lembaga pendidikan harus tetap menjalankan peran sebagai agen transfer kesadaran ilmu pengetahuan. Padahal, kata pria berkumis lebat ini, begitu banyak ajaran tentang kesadaran diri yang berkembang di masyarakat. Baik filsafat kehidupan, puisi, prosa, fiksi, maupun drama (teater). Oleh karenanya juga, pemahaman manusia rentang kemanusiaannya merupakan satu cara menepis sifat-sifat radikal yang muncul ke permukaan. Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Perpaduan Sastra dan Kearifan Lokal Berbahaya Bagi Paham Radikal, Ini Alasannya, https://medan.tribunnews.com/2017/03/30/perpaduan-sastra-dan-kearifan-lokal-berbahaya-bagi-paham-radikal-ini-alasannya?page=2. Penulis: Arjuna Bakkara | Editor: akb lama

Sastrawan dan Penulis di Sumut Gelar Omsas (Omong-Omong Sastra) di Binjai

Omsas merupakan Paguyuban sastra tertua yang ada di Sumatera Utara (Sumut). Kegiatan sastra ini telah berusia 42 tahun dan masih terus eksis hingga saat ini. Kegiatan dua bulanan ini juga merupakan event sastra yang paling banyak melibatkan sastrawan dari berbagai daerah di Sumut. Kordinator Omsas Mihar Harahap melalui rilis pers yang diterima Medanbisnisdaily.com, Sabtu (17/3/2018) menjelaskan, Omas akan membahas berbagai tema seputar kesusasteraan di Tanah Air. Antara lain tentang perkembangan cerpen, plagiaris, penerbitan dan perkembangan sastra secara khusus di Binjai. Juga akan diisi dengan peluncuran antologi puisi berjudul "Lelaki Penenun Cinta" karya Tanita Liasna. Para narasumber yang akan menyampaikan makalahnya adalah Suyadi San (Balai Bahasa Sumut), Novianti (akademisi STKIP) Budi Daya, Mastar Muham (Penulis) Aldha Muhsi (Penulis buku) "Acaranya berlangsung mulai pukul 9.00 WIB-15.00 WIB. Bagi kawan-kawan sastrawan dan penulis yang berminat dipersilahkan hadir dan memberikan sumbangsih pemikirannya," kata Mihar. M Raudah Jambak salah seorang sastrawan yang pernah menjadi kordinator Omsas menjelaskan, dari sejumlah kegiatan rutin sastra yang ada di Sumatera Utara, Omsas termasuk paling unik. Selain usianya yang terbilang lama, kegiatan ini juga berlangsung secara guyub. Omsas hanya dikordinatori salah seorang sastrawan secara bergantian. Ia tidak memiliki struktur kepengurusan formal lazimnya sebuah lembaga. Segala hal yang berkembang dibicarakan bersama peserta yang hadir. Pesertanya pun bebas siapa saja. Tidak ada syarat untuk bisa terlibat dalam kegiatan. Tidak ada iuran bulanan peserta. Kebutuhan pendanaan yang sifatnya kasuistik dibahas bersama-sama dan biasanya diselesaikan secara bergotong-royong. Sebelumnya pada Januari lalu, Omsas berlangsung di Labuhan Batu. Para peserta datang dari berbagai daerah antara lain Medan, Binjai dan tuan rumah Labuhan Batu. Dalam Omsas itu dibahas mengenai perkembangan sastra dan kesenian yang ada di Labuhan Batu. Reporter JONES GULTOM Editor RAMITA HARJA 'Omong-Omong Sastra' , Silaturrahim Guru Bahasa Indonesia dan Sastrawan 05 Mar @Parenting Salah satu alasan kelahiran sastra adalah untuk memperbaiki akhlak dan karakter manusia. Sebagai sebuah produk hasil budaya manusia--selain keutamaan agama tentu saja--diharapkan sastra akan mampu memberi pemahaman yang berarrti bagi penikmatnya. Untuk itulah Omong-Omong Sastra sebagai ajang pertemuan sastrawan dan penulis Sumatra Utara akan melakukan kegiatan untuk kesekian kalinya. Komunitas Omong-Omong Sastra sendiri lahir sekitar tahun 80-an oleh sastrawan Damiri Mahmud dan DR. Shafwan Hadi Umry. Kali ini Omong-Omong Sastra hadir di Kota Binjai, tepatnya hari Ahad, 18 Maret 2018 pukul 08.00 s.d. 14.30 Wib yang akan datang. Akan ada empat pembicara yang mengisi acara. Pembicara awal akan hadir Suyadi San, S.Pd., M.Si. dari Balai Bahasa Sumatra Utara. Bung Suyadi yang juga sastrawan nasional dan pekerja teater Generasi Medan akan memaparkan ulasannya mengenai buku kumpulan cerpen guru-guru Sumatra Utara 'Jalan Pilihan Raja Pardamean'. Buku ini adalah terbitan perdana guru-guru bahasa Indonesia yang tergabung dalam AGBSI (Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia) Sumatra Utara. Selanjutnya ada Noviaanti, M.Pd. guru SMA 2 Binjai yang juga pengajar di STKIP Budidaya Binjai. Sebagai penulis dan aktivis/ penggiat musikalisasi puisi, Novianti akan membahas masalah yang cukup krusial yaitu perllaku plagiat dalam tulis menulis. Tak kalah menariknya akan hadir pula Mastar Muham, M.Pd. seorang penulis yang juga guru SMP 4 Binjai dan pengajar di STKIP Budidaya Binjai. Beliau akan memaparkan geliat sastra di kota Binjai. Lalu ada Alda Muhsi, SS alumnus fakultas sastra Universitas Negeri Medan (Unimed) yang juga seorang penulis buku. Alda akan mengurai bagaimana cara menerbitkan buku, terutama buku-buku sastra. Dalam acara ini nantinya akan ada juga hiburan seperti musikalisasi puisi dan dendang syair oleh anak-anak prodi bahasa Indonesia STKIP Budidaya Binjai asuhan Jefri Afrizal dan Tanita Liasna yang juga panitia utama acara ini. Dalam acara ini akan diluncurkan pula buku kumpulan puisi penyair perempuan muda produktif Sumatra Utara Tanita Liasna yang bertajuk 'Lelaki Penenun Cinta'. Tanita saat ini sebagai pengajar prodi Bahasa Indonesia di STKIP Budidaya Binjai. Ini adalah buku keduanya setelah sebelumnya 'Metamorfosa' Panita acara ini berharap akan banyak peminta sastra yang hadir seperti pelajar, mahasiswa, masyarakat umum, dan guru-guru Bahasa Indonesia. Ini adalah kesempatan langka, para penikmat dan guru-guru sastra akan bertemu dengan para penulis dan sastrawan Sumatra Utara mulai dari yang paling junior sampai yang senior. Sastrawan yang akan hadir antara lain Damiri Mahmud, Hasan Al Banna, Mihar Harahap, Shafwan Hadi Umri, Sartika Sari, M. Raudah Jambak, dan sejumlah sastrawan ternama lainnya. Acara ini tidak dipungut biaya. Ya salah satu nilai kearifan lokal acara ini adalah, Omong-Omong Sastra bukan organisasi pada umumnya, pengurusnya hanya semacam penasihat. Semua pemakalah tidak diberi bayaran dan transportasi alias mereka hadir dengan sukarela. Tuan rumah acara dari rumah ke rumah, dari kampus ke kampus, atau dari lembaga ke lembaga. Dalam acara juga tidak ada daftar hadir yang mewajibkan seorang harus hadir setiap pertemuan, siapa yang bisa hadir ya silakan hadir. Harapan khusus diberikan kepada guru-guru bahasa Indonesia Sumatra Utara agar kiranya dapat menghadiri acara ini sebagai silaturrahim antara guru dan para sastrawan.

TOKOH