Selasa, 24 Juni 2025

Mazmur dari Dapur untuk Tuhan yang Maha Lembut

“Mazmur dari Dapur untuk Tuhan yang Maha Lembut” (Puisi dalam lima bagian: tubuh – sabar – air mata – cahaya – pulang) I. Tubuh yang Memanggul Zikir, Meski Tak Tahu Namanya Raudah berkata: Aku tidak tahu bahasa langit, tapi tubuhku menyimpan doa-doa yang tidak diajarkan sekolah. Aku menyapu lantai, tapi niatku: jangan sampai anakku tumbuh dalam debu yang sama dengan ibuku. Dan dari ayat turun suara lembut: > “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” > — QS. Adz-Dzariyat: 56 II. Kesabaran yang Lebih Panjang dari Sejarah Raudah menulis: Tidak ada yang mengabadikan ibu-ibu di pasar subuh— padahal dari sana sejarah bangsa ini disuapi. Di sela cucian dan keheningan, ia berkata: "Bukankah sabar adalah zikir yang paling panjang?" Dan firman pun menjawab: > “Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” > — QS. Al-Anfal: 46 III. Air Mata Tidak Selalu Mengalir di Pipi Raudah: Aku menangis dalam panci. Anakku melihat nasi yang menggumpal, tapi tidak tahu airnya berasal dari rasa tidak sanggup yang kusembunyikan demi hidupnya. Dan Al-Qur’an pun berbicara dengan kasih: > “Dia mengetahui yang rahasia dan yang lebih tersembunyi.” > — QS. Tha-Ha: 7 IV. Cahaya yang Tidak Datang dari Listrik Raudah menyalakan pelita— bukan untuk terang ruang, tapi agar hatinya bisa melihat Tuhan di antara suara minyak mendidih dan anak-anak tidur. Ia berdoa tanpa suara. Dan Allah menjawab: > “Allah adalah cahaya langit dan bumi...” > — QS. An-Nur: 35 V. Pulang yang Tak Perlu Jauh Raudah menutup harinya dengan kelelahan, tapi bukan putus asa. Ia tahu, jika tak ada yang memahami usahanya, Tuhan tetap mencatatnya dengan huruf-huruf yang tak terlihat manusia. > “Sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” > — QS. Al-Baqarah: 186 Dan puisi pun berhenti. Bukan karena selesai, tapi karena ia telah menemukan tempat pulang: pada Tuhan yang tidak pernah jauh, bahkan dari serbet yang bau asap dan tangan yang mengusap anak sambil menyebut: Ya Latif...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar