Omong-Omong Sastra Sumatera Utara adalah wadah tempat berdiskusinya para sastrawan Sumatera Utara Khususnya. Usiannya yang hampir mencapai 40 tahun menjadikannya sebagai wadah bersilaturahmi, berdiskusi dan berkarya para sastrawan dari berbagai usia, aliran, dan agama, menyebabkan Forum Omong-Omong Sastra ini sebagai Forum yang tertua di Sumatera Utara. Forum ini diprakarsai oleh Damiri Mahmud, dkk. Sekarang di koordinir oleh M. Raudah Jambak. Semoga tetap berjaya.
Selasa, 24 Juni 2025
Mazmur dari Dapur untuk Tuhan yang Maha Lembut
“Mazmur dari Dapur untuk Tuhan yang Maha Lembut” (Puisi dalam lima bagian: tubuh – sabar – air mata – cahaya – pulang)
I. Tubuh yang Memanggul Zikir, Meski Tak Tahu Namanya
Raudah berkata: Aku tidak tahu bahasa langit, tapi tubuhku menyimpan doa-doa yang tidak diajarkan sekolah. Aku menyapu lantai, tapi niatku: jangan sampai anakku tumbuh dalam debu yang sama dengan ibuku.
Dan dari ayat turun suara lembut:
> “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” > — QS. Adz-Dzariyat: 56
II. Kesabaran yang Lebih Panjang dari Sejarah
Raudah menulis: Tidak ada yang mengabadikan ibu-ibu di pasar subuh— padahal dari sana sejarah bangsa ini disuapi.
Di sela cucian dan keheningan, ia berkata: "Bukankah sabar adalah zikir yang paling panjang?"
Dan firman pun menjawab:
> “Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” > — QS. Al-Anfal: 46
III. Air Mata Tidak Selalu Mengalir di Pipi
Raudah: Aku menangis dalam panci. Anakku melihat nasi yang menggumpal, tapi tidak tahu airnya berasal dari rasa tidak sanggup yang kusembunyikan demi hidupnya.
Dan Al-Qur’an pun berbicara dengan kasih:
> “Dia mengetahui yang rahasia dan yang lebih tersembunyi.” > — QS. Tha-Ha: 7
IV. Cahaya yang Tidak Datang dari Listrik
Raudah menyalakan pelita— bukan untuk terang ruang, tapi agar hatinya bisa melihat Tuhan di antara suara minyak mendidih dan anak-anak tidur.
Ia berdoa tanpa suara. Dan Allah menjawab:
> “Allah adalah cahaya langit dan bumi...” > — QS. An-Nur: 35
V. Pulang yang Tak Perlu Jauh
Raudah menutup harinya dengan kelelahan, tapi bukan putus asa. Ia tahu, jika tak ada yang memahami usahanya, Tuhan tetap mencatatnya dengan huruf-huruf yang tak terlihat manusia.
> “Sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” > — QS. Al-Baqarah: 186
Dan puisi pun berhenti. Bukan karena selesai, tapi karena ia telah menemukan tempat pulang: pada Tuhan yang tidak pernah jauh, bahkan dari serbet yang bau asap dan tangan yang mengusap anak sambil menyebut: Ya Latif...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar