Selasa, 12 Oktober 2010

Mahasiswa Unimed luncurkan buku ‘para penanti’ Komunitas

Sastra kampus beri kontribusi perkembangan sastra



Mahasiswa Universitas Negeri Medan (Unimed) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) meluncurkan buku berjudul “Para Penanti: Kumpulan (Mirip) Cerpen”, di Open Stage FBS Unimed, Kamis (27/9).

Pada kesempatan itu, sastrawan yang juga dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Yulhasni yang hadir dalam acara bedah buku tersebut mengatakan, sastra kampus diyakini akan membe- rikan kontribusi bagi perkembangan sastra secara umum, jika dikembangkan secara serius.

“Saya yakin jika sastra yang berbasis di kampus seperti ini bisa terus dikembangkan, maka ini akan sangat membantu perkembangan sastra di Sumut. Lihat sajalah, berapa banyak kampus di Sumut ini yang serius mengembangkan sastranya. Hampir semua perguruan tinggi yang punya jurusan sastra hanya sibuk berkutat dengan masalah teks akademik,” kata Yulhasni.

Yulhasni juga mengkritisi buku “Para Penanti” yang dinilainya masih sangat perlu mendapat perhatian dari sisi penulisan. Namun dikatakannya, penerbitan buku ini sudah cukup bisa mencairkan kebekuan sastra kampus.

“Jangan bicara soal isi dulu. Kita lihatlah keberanian teman- teman mahasiswa yang menerbitkan buku ini. Ini yang patut diacungi jempol. Walaupun tentu saja, kita harus merasa prihatin soal isi buku yang menunjukkan rendahnya pemahaman sastra
para mahasiswa,” kata Yuslhasni.

Sastrawan Hasan Al-Banna. Hassan yang turut menjadi pembicara dalam acara bedah buku itu juga menyampaikan kritiknya yang tajam terhadap 29 cerpen di buku itu.

Menurutnya, para mahasiswa yang menulis buku ini masih perlu ditingkatkan pemahamannya soal penggunaan tanda baca.

“Walaupun harus saya akui tidak mudah juga mengedit 29 cerpen ini. Tentu wajar jika ada yang masih juga lolos dari editan,” kata Hasan.

Namun demikian dia juga mengatakan, apa yang telah dilakukan beberapa mahasiswa Unimed ini merupakan suatu terobosan yang luar biasa, mengingat peluncuran buku hasil karya mahasiswa ini merupakan hal yang pertama dalam sejarah kesusastraan di Sumut.

Sumut diera enam puluhan banyak melahirkan sastrawan- sastrawan yang juga melahirkan hasil karya yang cukup terkenal.

Namun sejak tahun 80-an nyaris tak pernah terdengar sastrawan Sumut menghasilkan buku-buku baik novel maupun kumpulan cerpen atau puisi.

“Kita berharap dengan peluncuran buku oleh mahasiswa Unimed ini, dunia kesusastraan Kita kembali bangkit seperti halnya pada era tahun 60-an,” katanya saat acara bedah buku “Para Penanti” tersebut.

Sementara itu, Rudi Har tono, mahasiswa FBS Unimed, yang menerbitkan buku kumpulan cerpen ini atas nama Mentiko Publisher menjelaskan bahwa diperlukan waktu sekitar dua bulan untuk menyeleksi dan menerbitkan buku ini.

Rudi menjelaskan, penerbitan buku ini murni hasil swadaya mahasiswa FBS Unimed dan difasilitasi oleh Mentiko Publisher. Pada tahap awal, buku ini hanya dicetak 600 eksemplar dan dijual secara terbatas di kampus Unimed dan beberapa kampus lainnya.

Dengan harga setiap eksemplar buku Rp30 ribu, Rudi berharap buku ini bisa terjual, sehingga Mentiko Publisher akan bisa menerbitkan lebih banyak lagi karya sastra yang berasal dari kampus, khususnya Unimed.

Sementara Aulia Andri yang merupakan editor buku “Para Pemimpi” mengatakan bukan semata-mata hasil yang ingin dicapai dalam peluncuran buku tersebut tapi juga proses untuk mewujudkannya.

Sejujurnya buku itu tidak akan terbit tanpa bantuan banyak pihak, mereka harus “patungan”untuk menerbitkan buku ini. Niat membuat buku yang dilandasi munculnya semangat baca tulis yang tinggi, manarik dari sisi penggararapannya.

Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Bahasa dan Seni Unimed, Daulat Saragih, mengatakan, menumbuh kembangkan budaya menulis merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam diri mahasiswa.

Dalam hal ini salah satu yang diharapkan adalah lahirnya karya sastra dari tangan mahasiswa, dengan harapan setelah tumbuh kesadaran untuk berkarya maka mahasiswa akan berfikir, berprilaku dan berbudaya sastra.

“Artinya apa yang telah mereka lakukan ini pantas diapresiasi, karena menulis merupakan cerminan apa yang mereka baca dan dapat selama menuntut ilmu,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar