Selasa, 12 Oktober 2010

Seni Pantun Perlu Digalakkan Kembali

Ali Soekardi

DI DALAM masyarakat Indonesia pantun merupakan tradisi budaya bangsa, sehingga sastra lisan tetap terjaga yang menjadi warisan kita semua, terutama para generasi sepanjang masa. Dalam kehidupan bermasyarakat pantun digunakan untuk menyampaikan petuah, amanat dan nasehat.

Di dalam pantun tersimpan pesan, yaitu pesan tua untuk pusaka, pesan muda untuk berjaga, pesan ilmu untuk diramu, pesan sunnah untuk dimamah, pesan syarak untuk disimak, pesan adat untuk diingat, pesan ibu untuk ditunggu, pesan bapak untuk dibawa, pesan dipakai membangkitkan marwah.
Kumpulan pantun telah tersusun
Sastra lisan pusaka lama
Mengajar kita menjadi santun
Hidup teratur dan berbudaya

Itulah antara lain Pengantar Kata H.Syamsul Arifin,SE gelar Datuk Sri Lelawangsa Hidayatullah (Gubsu) dalam buku Pantun Asal2an ... ala Bang Sofyan, yang diluncurkan di hotel Garuda Plaza Medan, Sabtu (31/7) lalu. Buku karya H.Sofyan Lubis, Pemimpin Umum Harian Pos Kota di Jakarta dan mantan Pemimpin Umum PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) setebal 130 halaman dengan cover yang cantik, memang berisi kumpulan pantun, salahsatu jenis sastra lisan yang memang masih ada, tapi mulai dilupakan orang

Tema

Pantun yang ditulis dan dikumpulkan wartawan asal Lubuk Pakam ini memang menarik, membuat pembaca senang di hati dan tersenyum simpul sendiri. Apalagi pantun-pantun ini tersusun rapi terbagi dalam sembilan bagian (di luar kata sambutan), yang bernuansa dan sesuai dengan isi/suasana yang dipantunkan)

Maka ada pantun yang berisi atau mengenai puasa, pembukaannya berbunyi :
Anak ke pekan membawa batu
Batu dijual buat beli makanan
Ramadhan sudah di ambang pintu
Kata maaf sangat kami harapkan.

Lalu ada suasana Idul Fitri, antara lain tertulis :
Naga Bonar dari Lubuk Pakam
Pangkat Jenderal pilih sendiri
Dari lubuk hati paling dalam
Kami ucapkan Selamat Idulfitri

Dan pantun tentang Idul Adha ada yang berbunyi :
Apa guna belajar silat
Kalau tak mau berkawan
Apa guna laksanakan salat
Kalau tak mau berkurban

Senang juga membaca pantun bersuasana Natal dan Tahun Baru yang kata penulisnya :
Kalaulah tidak karena bulan
Tidaklah bintang meninggi hari
Natal dan Tahun Baru kita rayakan
Bahagia dan senang selalu di hati.

Pantun bersuasana 1 Muharram terasa mengandung nasehat :
Rama-rama terbang menjelang malam
Hinggap sebentar di dahan patah
Bersama kita peringati 1 Muharram
Berbuat baik mencapai barokah.

Begitu pula pantun Imlek terasa mengandung persahabatan :
Dari Medan ke kota Shanghai
Bawa Markisa untuk saudara
Saya ucapkan Gong Xi Fa Chai
Tambah senang dan bahagia.

Daerah-daerah

Juga pantun-pantun ulang-tahun dan pantun dari berbagai daerah di Indonesia sangat menyenangkan, justru ini menambah khasanah kita tentang sastra pantun yang selama ini mungkin tidak banyak diketahui selain pantun Melayu. Ternyata banyak suku bangsa di negeri kita yang juga memiliki seni pantun seperti Aceh, Minang, Karo, Bali, Mandailing, Palembang, Madura, Jawa Timur, dan lain-lain. Semua yang terkumpul dalam buku ini masih tetap dalam bahasa aslinya, bahasa daerah masing-masing.

Bahkan ada yang mengandung kritik, misalnya yang dari Jawa Timur:
Kucing cilik kepijak jaran
Jaran Teji kecemplung kali
Maling pitik melebu Pakunjaran
Sing korupsi dianggap lali.

Artinya kira-kira : Kucing kecil terpijak kuda, kuda teji kecemplung kali, pencuri ayam masuk penjara, yang korupsi dianggap lupa. Yang menarik justru buku kumpulan pantun ini juga diberi ilustrasi semacam lukisan kartun karya Yudhi Himawan, Gambar-gambar ilustrasi juga mengandung kata-kata pantun. Betapa pun juga buku ini diharapkan membangkitkan semangat berpantun, warisan budaya bangsa yang sudah dikenal sejak lama.

Di tengah-tengah arus globalisasi di mana banyak orang mulai melupakan tergerus arus global dan melupakan budaya bangsa sendiri, buku Pantun Asal2an ... ini terasa penting kehadiarannya. Bahkan diharapkan dapat memancing penulis/budayawan menulis dan membukukan seni budaya bangsa yang beragam jenisnya. Akhirnya, Sri Mulyani Makan Sirih, Sampai Di Sini Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar