Minggu, 23 Januari 2011

Dialog Budaya; Refleksi Akhir Tahun 2010

Idris Pasaribu

UNTUK pertama kali, terjadi dialog budaya antara Wagubsu dengan masyarakat, terutama dengan seniman. Dialog sebagai sebuah refleksi selama tahun 2010 itu, Wagubsu terkejut mendengar apa yang dilaporkan kepadanya. Selama ini, ternyata seniman Sumatera Utara sudah berbuat banyak, namun aparat pemerintah baik pemerintah provinsi dan kabupaten/kota tidak mengetahuinya.

Dialog Budaya itu, langsung diprakarsai oleh Wagubsu dilaksanakan di pelataran parkir Taman Budaya Jalan Perintis Kemerdekaan No. 33 Medan, Kamis 29 Desember pukul 20.00 Wib. Menurut Wagubsu Ir. Gatot Pujonugroho, masalah kesenian dan kebudayaan, adalah urutan ke 11 yang harus dibangun dan pemerintah pusat akan menyiapkan dananya dengan dibantu sepenuhnya oleh pemerintah bawahan.

Untuk itu, kata Gatot, seniman memang harus tetap diperhatikan dengan baik, agar kesenian di Sumatera Utara bisa tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Apapun namanya, budaya Indonesia itu, jauh lebih baik dari budaya Malaysia, namun bagaimana menatanya dengan baik, itu hal terpenting, kata Gatot Pujonugroho. Kalau Jakarta punya Taman Ismail Marzuki, Me4dan punya Taman Budaya yuang harus dikebembangkan dan diisi dengan baik. Taman budaya harus bisa dijadikan ruang publik.

|Betapa sayangnya Taman Budaya ini, jika tidak bisa difungsikan dengan baik. Terlebih Taman Budaya berdekatan dengan hotel berkelas. Jika benar-benar ditata dengan baik dengan kalender yang pasti, Taman Budaya akan menajdi taman yang menjadi tempat yang menguntungkan baik bagi masyarakat, juga bagi pemerintah. Mari kita bangun mimpi bersama dan bersama pula mewujudkannya, tambah Gatot. Setelag Gatot, Prof. Dr. Nur Ahmad Fadhil Lubis mengatakan, kini sudah terjadi global paradoks. Katanya, semuanya akan bisa terwujud, jika memang dilaksanakan dengan baik.

Dalam bincang-bincang dengan Gatot Pujonugroho, diketahuinya, kalau selama ini para seniman sudah membuat nama provinsi menjadi harum di tingkat nasional, tanpa diketahui oleh pejabat teras, baik di kantor gubernur, maupun di tingkat kabupaten/kota.

Selama beberapa tahun (lebih dari 12 tahun), Medan tidak pernah menjadi tuan rumah dalam berbagai pertemuan tingkat nasional dalam pendanaan pemerintah. Banyak keinginan para seniman dari provinsi lain, agar Sumatera Utara bisa mengundang mereka dalam sebuah even nasional yang dilaksanakan di Sumatera Utara.

Baca Puisi

Dalam dialog Budaya di Taman Budaya Sumatera Utara, setelah doa dan gelar musik pembukaan dan tari, digelar baca puisi oleh Gatot Pujonugroho sendiri, lalu dilanjutkannya dengan menyanyikan sebuah lagu Batak berjudul Boru Panggoaran. Baca puisi disusul oleh Wakil Ketua DPRD Sumut, Arfan, kemudian oleh Kombes Pol Marolop Manik, Ir. Wan Hidayati, mereka adalah dari kalangan pejabat. Dalam even pertama ini diakhiri oleh Choking Susuilo Sakeh, walau bukan pejabat, namun disejajarkan dengan pejabat.

Acara dilanjutkan dengan mempergelarkan tarian lintas etnis yang ada di Sumatera Utara, Karo, Melayu, Simalungun, Toba, Pesisir Sibolga, Nias, Pak-pak, Mandailing dan diakhiri dengan tarian Jawa. Musik yang ditangani oleh Henrik Perangin-angin beserta teman-teamnnya dari Incidental Musik Medan, mampu memukau Wagubsu dan para hadirin lainnya di pelataran parkir yang duduk dengan lesehan.

Usai menyuguhkan tarian, acara diberikana kepada hadirin untuk menyampaikan dialognya yang diawali oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, kemudian disusul oleh penulis sendiri. Apresiasi masyarakat, terutama seniman atas terlaksananya dialog budaya ini sangat tinggi.

Kemudian acara dilanjutkan dengan pembacaan puisi dari kalangan seniman. Penulis mendapata kesempatan pertama untuk membacakan sebuah puisi, sembari mengenang kepergian Gus Dur, persis setahun. Pembaca kedua, YS. Rat, lalu Raudah Jambak dan diakhiri oleh Teja Purnama.

Wagubsu berjanji akan melakukan kegiatan serupa secara berkala dua bulan sekali, bertemu dengan para seniman dan para pelaku seni lainnya untuk mewujudekan mimpi bersama. Gatot mengakui, kalau kehadiran seorang turis asing, mampu menghidupi enam masyarakat, karena para turis akan mencecerkan uangnya mulai dari hulu sampai ke hilir. Peran kebudayaan kita, kata Gatot, adalah kekinian dan kesinian kita yang diharapkan dialog mampu menghasilkan mimpi yang sama untuk kemajuan Sumatera Utara.

Semoga apa yang dinyatakan dalam dialog budaya ini, benar-benar bisa menjadi kenyataan, seperti apa yang dikatakan oleh moderator Drs. H. Afifuddin Lubis, yang mantan pelaksana Walikota edan. Menurut Afifuddin dalam moderasianya, apa yang diucapkan oleh Wagubsu Gatot Pujonugroho harus ditagih. Jika bulan depan janjinya tidak dipenuhi, tagih pada bulkan kedua dan terus demikian seterus. Pasti janji ini bukan janji belaka, namun sebuah janji untuk membangun Sumatera Utara, kata Afifuddin Lubis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar