Rabu, 26 Januari 2011

Sejumlah Tokoh Ikuti Dialog Budaya Refleksi Akhir Tahun

Dengan cekatan kedua tangan Bang Yuliadi membagikan jagung, pisang dan kacang rebus kepada tetamu yang datang di Taman Budaya Sumatera Utara Kamis (30/12) malam. Rejeki ayah empat orang anak itu berubah seketika jika dibandingkan hari-hari sebelumnya. Bayangkan, dalam waktu dua jam sekitar 400 buah jagung dan pisang, 30 kg kacang tanah ludes diborong pengunjung.
"Kalau mangkal di depan Stadion Teladan bisa berjam-jam menghabiskan dagangan sebanyak itu. Ini rejeki akhir tahun melalui acara ini," ujar lelaki yang biasa disapa Yul.

Warga Helvetia itu memang sedang ketiban rejeki. Keberadaannya di Taman Budaya Sumut bukan tanpa sebab. Melalui panitia “Dialog Budaya Refleksi Akhir Tahun”, Bang Yul diminta menyediakan makanan ringan kepada tetamu undangan. Tentunya dengan menrima sejumlah imbalan.

"Saya terima Rp1,2 juta dari panitia untuk jagung, pisang dan kacang rebus itu," ujarnya polos. Memang bukan hanya Jagung, pisang dan kacang rebus yang tersaji. Ada Gorengan, cemil dan minuman susu panas yang disantap tetamu sambil lesehan di lantai. Ya, tidak seperti layaknya acara yang biasa dihadiri pejabat, acara malam itu para tetamu duduk di lantai sambil menikmati hidangan dan sajian acara baca puisi. Untuk baca puisi, beberapa pejabat seperti Wagubsu Gatot Pujo Nugroho, Kejatisu, Wakapoldasu, DPRD Sumut M Afan Lubis turut ambil bagian.

Mari tinggalkan soal hidangan dan baca puisi yang tentunya lebih mengedepankan sikap individualisme. Selanjutnya kita melangkah pada dialog budaya yang menjadi topik utama dari kegiatan refleksi akhir tahun.

Dalam dialog ini berkesempatan menjadi narasumber pemantik Wakil Gubernur Gatot Pujo Nugroho dan Rektor IAIN Sumut Prof Nur Ahmad Fadhil Lubis dan moderator mantan pejabat Walikota Afifuddin.

Rektor IAIN mengatakan budaya bukan untuk dipolemikkan tetapi untuk dinikmati. Seberapapun perbedaan seni dan kebudayaan yang ada bukan untuk dipersoalkan melainkan keragaman yang patut dihargai dan dipertahankan sebagai alat pemersatu.

"Refleksi akhir tahun ini saya ingin menyampaikan tidak pakai logika ilmiah ataupun tidak pakai penelitian. Saya melihatnya sebagai global paradoks. Seperti kondisi kekinian, lihat saja yang datang ke mesjid dan gereja semakin bertambah tetapi tingkat kriminalitas semakin tinggi. Korupsi, kolusi dan nepotisme semakin meningkat," ujarnya.

Sementara itu, Wagubsu Gatot Pujo Nugroho mengatakan persoalan seni budaya merupakan salah satu prioritas pemerintah. Oleh karenanya kegiatan seperti dialog budaya sangatlah diperlukan sebagai wadah menyampaikan uneg-uneg, sharing untuk kelestarian seni dan budaya di Sumatera Utara. Bahkan secara khusus Gatot menyampaikan kepada Sekda untuk memperhatikan kondisi Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) yang butuh sentuhan.

"Karena ciri-ciri negara maju adalah negara yang menghargai budaya, jasa para pendahulunya. Untuk itu even seperti ini sangatlah diperlukan langsung bertemu dengan para seniman dan budayaan ditaman budaya ini," ujar Gatot.

Tidak kalah serunya adalah kritik keras dilontarkan salah seorang seniman, Idris Pasaribu tentang tidak adanya kinerja Dewan Kesenian Sumatera Utara (DKSU). Menurutnya sudah 14 tahun dewan kesenian berdiri namun tidak pernah memberikan kontribusi terhadap kesenian dan kebudayaan di Sumut. Selain itu Idris juga mengkritisi perhatian pemerintah yang minim.

"Bayangkan saja APBD Sumut sebesar Rp 4,2 triliun dana kesenian dan kebudayaan hanya Rp 480 Juta. Bandingkan dengan Sumbar yang APBD-nya Rp1,8 triliun dana keseniannya 8,3 miliar, Riau sekitar Rp 9,3 triliun dana kesenianya Rp 43 miliar. Bagaimana nasib seni dan kebudayaan kita ke depan. Pariwisata tanpa kesenian dan budaya pasti mati. Percayalah pasti mati," tegasnya.
Menanggapi hal tersebut Gatot merasa bersyukur karena mendapat masukan yang diberikan oleh peserta dialog.

Inilah sebenarnya yang kita harapan. Sehingga terkuaklah informasi-informasi yang kita tidak tau. Saya ingin ada optimalisasi kebangkitan di Taman Budaya ini. Mudahan-mudahn jika di- R (rencana) belum terealisasi di P (perubahan)-nya akan terakomodasi dan sudah dianggarkan," ujar Gatot, disaksikan sastrawan, seniman dan budayawan serta tokoh-tokoh yang hadir, seperti Idris Pasaribu, YS. Rat, Raudah Jambak, Teja Purnama, dll,. (irvan sugito)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar